REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdebatan sengit terjadi di dunia maya, Twitter, terkait penggunaan fasilitas milik pemerintah untuk sholat Idul Fitri bagi kelompok yang berbeda penentuan 1 syawal-nya. Perdebatan itu berawal dari kicauan akun Gus @na_dirs atau Nadirsyah Hosen.
"Dlm fiqh, lebaran itu ikut keputusan pemerintah. Secara aturan bermasyarakat, Pemerintah gak boleh melarang yg lebarannya berbeda. Tapi yg berbeda jg harus bertenggang rasa. Pakai fasilitas sendiri aja. Jgn pakai fasilitas publik atau milik pemerintah. Gampang kan toleransi itu👍," tulis akun tersebut pada Senin (174/20223).
Pascakicauan ini beragam komentar muncul. Tercatat sudah lebih dari 1.800 respons atas cicitan tersebut. Komentar termasuk datang dari akun Raja Juli Antoni, Alisya Wahid, Farid Gaban hingga Ismail Fahmi. Banyak yang tidak sepaham dengan pendapat Gus Nadir meski disampaikan santun.
Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Raja Juli Antoni, misalnya, mmengatakan, "Susah banget sih Gus. Dipakai 2 kali berkahnya 2 kali. Kalau bisa 3 kali juga gak apa2 hehehe."
"Kembangkan cara beragama baru dong, Gus. Yang puasa menghormati yang puasa wkwkwk Salam Opor!"
"Gak susah kok. Kan tidak dilarang lebaran lebih awal. Namun namanya mencuri start makan opor ayam duluan, ya kudu bertenggang rasa dong 😄," kata akus Gus Nadir menimpali.
Dalam percakapan ini, Ismail Fahmi yang juga pakar Medsos pun ikut masuk dalam diskusi. "Atau 4x saking berkahnya. Tgl 21 April karena saking membeludaknya, tidak muat, sholat Eidnya 2x. Demikian juga 22 April, membeludak, jadi sholat Eidnya juga 2x. 😊," cicit Ismail Fahmi dalam kolom komenter Raja Juli.
"Ini pengandaian lagi. Yang pengandaian dangdutan udah dijawab belum, mas bro? Kok nambah lagi pengandaiannya 😄," jawab Gus Nadir.
Raja Juli Antonio dan Ismail Fahmi diketahui berasal dari Muhammadiyah. PP Muhammadiyah telah memutuskan untuk menetapkan 1 Syawal.
Yang menarik adalah ikutnya Alissa Wahid dalam ruang diskusi. Ia berbeda pendapat dengan Gus Nadir. Bagi Alissa, dalam percakapan itu, tenggang rasa tidak bisa diminta kepada orang lain. "Tenggangrasa urusan kita KEPADA pihak lain. Alih² meminta kawan² yg beridulfitri tgl 21 utk bertenggangrasa kepada yg sesuai dg Pemerintah, kita justru harus meminta diri kita bertenggangrasa kepada mereka."
Akun Gus Nadir lalu menjawab respons dari putri Gus Dur tersebut. Ning @AlissaWahid, Hadratus Syekh pernah menegur menantunya ahli hisab yg lebaran duluan tapi demonstratif dg ajak takbiran warga padahal keputusan pemerintah berbeda. Tenggang rasa berbalut kaidah fiqh ya begini. Beda dg kajian psikologis. Sila lanjut berbeda tapi ya harus paham."
Alissa berpendapat teguran Hadratussyaikh adalah pada demonstratif mengajak takbiran, karena itu bisa diinterpretasi provokatif. Bukan sekadar taat Pemerintah-nya, bukan sholat ied-nya. "Tapi kasus saat ini sholat Id. Di sini kita berbeda. Cukup sampai di sini nggih Gus."
Seruan Menag
Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau pemerintah daerah (pemda) untuk mengakomodasi setiap permohonan izin penggunaan fasilitas umum di wilayah kerjanya untuk kegiatan keagamaan, termasuk untuk sholat Idul Fitri.
"Saya mengimbau kepada seluruh pemimpin daerah agar dapat mengakomodasi permohonan izin fasilitas umum di wilayah kerjanya untuk penggunaan kegiatan keagamaan selama tidak melanggar ketentuan perundang-undangan," ujar Yaqut dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Ahad (17/4/2023).
Imbauan tersebut disampaikan Menag Yaqut menyusul adanya kabar yang berkembang terkait permohonan izin yang diajukan takmir Masjid Al Hikmah, Podosugih, Pekalongan, Jawa Tengah, kepada Pemerintah Kota Pekalongan.
Takmir masjid bermaksud menggunakan Lapangan Mataram Kota Pekalongan untuk shalat Idul Fitri 1444 Hijriah pada Jumat, 21 April 2023.