REPUBLIKA.CO.ID, BATANG--Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan menggandeng Kementerian Agama untuk mengevaluasi pondok pesantren Al Minhaj Wonosegoro, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Lingkungan ponpes ini juga terdapat sekolah dan madrasah.
“Akan kita evaluasi, apakah semuanya layak. Kalau tidak ya ditutup saja,” tutur Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Mapolres Batang, Jateng, Selasa (11/4/2023).
Gubernur menambahkan, kasus pencabulan di lingkungan ponpes ini bukan yang kali pertama diungkap. Sebab, pada medio September 2022 lalu, di Kabupaten Batang juga ada kasus yang hampir sama dengan jumlah korban mencapai 22 orang.
Menurutnya, pengawasan pada sekolah, pondok pesantren dan tempat lainnya mesti lebih ketat. Pemprov Jateng bersama Kemenag akan mencari solusinya. Misalnya nanti disiapkan nomor khusus aduan di semua sekolah dan pondok, agar semua berani melapor. Tidak hanya pencabulan, bisa juga bullying dan kejadian tidak sesuai lainnya dengan korban anak.
Ganjar menambahkan, masyarakat dan orang tua juga harus bisa berkomunikasi bersama putra-putrinya dengan baik. Meski, ia juga meminta kasus ini tidak dijadikan sentimen negatif pada semua pondok pesantren.
“Ketika satu dua yang melakukan bisa mencoreng semuanya, tapi masih banyak ponpes yang hebat, bagus dan orang pengen anaknya ke sana. Jadi lebih selektif saja saat memilih pendidikan untuk anak,” tegasnya.
Potensi munculnya korban lain selain 14 santriwati dan satu orang perempuan dewasa ini mengemuka dalam pengakuan tersangka yang juga pengasuh ponpes Wildan Mashuri. Ganjar bertanya langsung kepada tersangka Wildan Mashuri saat digelar konferensi pers ungkap kasus ini di Mapolres Batang, Jawa Tengah, Selasa (11/4/2023).
Tersangka diduga telah melakukan pebuatan pencabulan tersebut dalam rentang tahun 2019 hingga 2023. Para korban masih di bawah umur dan bersatus sebagai pelajar SMP di lingkungan Ponpes Al Minhaj. “Jujur saja, berapa santri yang jadi korbanmu,” tanya Ganjar kepada tersangka Wildan Mashuri.
Tersangka mengaku, sebelumnya juga sudah ada dua santriwati, namun sekarang kedua santriwati tersebut saat ini sudah menjadi alumni. Mendengar jawaban tersebut, Ganjar pun menduga ada setidaknya 17 korban Wildan Mashuri. “Namun itu menjadi ranah aparat kepolisian guna mendalami lebih jauh pengakuan tersebut,” tegasnya.
Pemprov Jateng akan menerjunkan tim untuk menindaklanjuti kasus itu. Posko pengaduan juga akan dibuka agar jika ada korban lain bisa mengadukan. Tim trauma healing juga akan diturunkan untuk membantu psikologis para korban. “Kami akan langsung terjunkan tim, membuka posko dan trauma healing untuk membantu pemulihan para korban,” ujarnya.