Kamis 30 Mar 2023 11:18 WIB

Praktisi Komunikasi Sebut Pernyataan 'Aura Jokowi Pindah ke Prabowo' Terkait dengan Visi

Ridha menilai tak ada transisi kepemimpinan melalui putra mahkota sejak RI merdeka.

Presiden Joko Widodo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3).Dalam kesempatan ini, Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampak berswafoto bersama. Hadir juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Foto: Laily Rachev – Biro Pers Sekre
Presiden Joko Widodo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3).Dalam kesempatan ini, Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampak berswafoto bersama. Hadir juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Praktisi komunikasi publik, Ahmad F Ridha menilai pernyataan Kepala BIN Budi Gunawan soal 'aura Jokowi pindah ke Prabowo' adalah hal yang wajar. Menurutnya, Budi Gunawan memaknai hal ini sebagai visi. Yakni, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mampu memaknai dengan baik visi Presiden Joko Widodo.

"Mengingat Prabowo Subianto saat ini adalah menteri atau pembantu presiden dalam kabinet. Artinya pernyataan Jokowi pada pelantikan menteri 23 Oktober 2019 'bahwa hanya ada satu visi, yaitu visi presiden', dalam pandangan Budi Gunawan dimaknai dengan baik oleh Menhan Prabowo Subianto," kata dia, dalam keterangan, Kamis (30/3/2023).

Baca Juga

Ridha menilai, pernyataan itu dapat dipahami sebagai perilaku, sikap, dan pandangan (visi) Jokowi bisa terproyeksikan pada lingkungan sekitarnya. Terutama pada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Ia mengatakan, terlalu dibuat-buat jika ada pihak yang menanggapi pernyataan tersebut sebagai upaya transisi kepemimpinan tahun 2024. Sebab, kata dia, tidak ada transisi kepemimpinan melalui putra mahkota atau putri mahkota dalam budaya politik di Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945.

 

"Secara historis tidak pernah ada kepemimpinan yang diwariskan. Sejak transisi dari Sukarno, Suharto, Habibie, Gusdur, Megawati, SBY, dan Jokowi," katanya.

Selain itu, menurut Ridha, secara kultural tidak pernah dikenal dalam budaya kepemimpinan yang namanya Aura Keprabon. "Sesuatu itu berasal dari luar, dikenal istilah Wahyu Keprabon yang kemudian dalam UUD 1945 Wahyu Keprabon tersebut adalah GBHN dan dalam UUD amendemen Wahyu Keprabon tersebut adalah hasil dari pemilihan presiden," tegasnya.

Ridha menilai, dalam analisisi komunikasi pernyataan 'aura jokowi pindak ke Prabowo', Budi Gunawan sebagai pengirim pesan, masyarakat atau audiens sebagai penerima pesan. Sementara, ujarnya, pihak-pihak yang menanggapi pernyataan itu sehingga menjadi kebisingan atau kegaduhan dapat diposisikan sebagai unsur noise dalam komunikasi.

Menurutnya, munculnya noise ini wajar karena dalam demokrasi, ada hak menyatakan pendapat. "Namun perilaku nyiyir tidak dapat disamakan sebagai hak menyatakan pendapat," ujar Ridha.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement