REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, meminta warga meningkatkan kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan terjadi kemarau panjang. Kondisi cuaca ini kemungkinan dapat menimbulkan kekeringan dan krisis air bersih.
"Musim kemarau tahun ini diprakirakan berlangsung panjang, sehingga berpotensi mengakibatkan terjadinya kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi di Cilacap, Jumat (24/3/2023).
Oleh karena itu, kata dia, masyarakat yang bermukim di daerah rawan kekeringan sebaiknya bijak dalam menggunakan persediaan air bersih. Berdasarkan data pemerintah, menurut dia, sebanyak 72 desa di wilayah Kabupaten Cilacap rawan mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih selama musim kemarau.
Ia memperkirakan, jumlah desa yang rawan mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih di Cilacap berkurang karena sudah ada pembangunan sarana penyediaan air minum bagi masyarakat. Kendati demikian, dia mengatakan, BPBD menyiagakan tiga mobil tangki untuk menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang membutuhkan.
"Dua di antaranya berada di Pusdalops BPBD Kabupaten Cilacap dan satu lagi berada di UPT BPBD Wilayah Majenang," katanya.
Ia mengatakan bahwa mobil-mobil tangki tersebut sudah dipasangi keran di sekelilingnya untuk memudahkan penyaluran air ke tempat penampungan warga. Wijonardi mengatakan bahwa selain BPBD, organisasi perangkat daerah yang lain juga melakukan langkah-langkah kesiagaan menghadapi risiko kemarau panjang.
BPBD tugasnya mencakup penanganan masalahpersediaan air dalam situasi kedaruratan. Organisasi perangkat daerah yang lain menjalankan langkah kesiagaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Wijonardi mencontohkan, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Airpunya alat untuk mendeteksi sumber-sumber air, sehingga bisa membantu mencari sumber air baru di daerah yang rawan kekeringan.