Kamis 16 Mar 2023 17:28 WIB

Mayat dalam Koper Merah di Singabangsa, Kabupaten Bogor Belum Teridentifikasi

Polres Bogor dan Polsek Tenjo masih mengidentifikasi pelaku pembuangan jasad.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Bogor, AKBP Iman Imanuddin.
Foto: Republika/Eva Rianti
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Bogor, AKBP Iman Imanuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepolisian Resor (Polres) Bogor belum mengidentifikasi potongan tubuh manusia atau mayat korban mutilasi yang ditemukan dalam koper berwarna merah di Desa Singabangsa, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/3/2023). Polisi masih menyelidiki kasus tersebut.

"Sudah membentuk tim khusus untuk pengungkapan kasus. Mudah-mudahan bisa segera kami identifikasi mayatnya, kemudian kami juga bisa segera mengidentifikasi pelakunya," kata Kapolres Bogor, AKBP Iman Imanuddin di Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (16/3/2023).

Dia membeberkan, sejumlah ciri-ciri mayat yang ditemukan tanpa kepala dan kaki tersebut. Di antaranya, berjenis kelamin laki-laki, berkulit putih, terdapat tato bergambar manusia abstrak di lengan kiri, dan diperkirakan berusia 45 tahun.

"Saat ini proses penyelidikan terkait penemuan mayat tersebut sedang dilakukan tim Satuan Reserse Reskrim Polres Bogor dan Polsek Tenjo," jelas Iman.

Dia menyebutkan, setelah Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), jasad korban mutilasi tersebut langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Jasad akan menjalani autopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Sebelumnya, Ketua RW di Desa Singabangsa, Dendi, menerangkan, koper dengan ukuran sekitar 28 inch itu ditemukan warga di pinggir jalan desa pada Rabu sekitar pukul 07.30 WIB. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat potongan tubuh manusia tanpa kepala dan kaki dengan dibalut plastik hitam.

"Kronologinya warga ada yang melihat koper, entah isinya apa, katanya dibuka ditemukan mayat dimutilasi, akhirnya dia kaget lapor pada pihak RT setempat. Abis itu RT melapor ke RW. Saya ke lokasi ternyata sudah ramai," kata Dendi. Kemudian, ia berkoordinasi dengan aparatur wilayah untuk melakukan penanganan dengan menghubungi kepolisian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement