REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analisis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, memprediksi penentuan figur calon wakil presiden yang akan disandingkan dengan Anies Baswedan tidak akan mudah.
Arifki menyebut tiga partai yang sudah mendeklarasikan Anies sebagai capres yakni Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat sama-sama mengklaim paling dekat dengan mantan Gubernur DKI 2017-2022 itu.
“Dulu Anies itu hanya milik NasDem saja. Tetapi, saat ini PKS dan Demokrat juga mengklaim lebih dekat dengan Anies. Dari ketiga partai ini tidak ada parpol yang memiliki suara yang dominan. Pertanyaanya, siapa partai yang bakal menjadi ketua kelasnya? Nasdem, PKS, atau Demokrat," kata Arifki, Jumat (3/3/2023).
Arifki melihat Nasdem bisa saja merasa jadi partai yang paling dominan karena menjadi partai pertama yang mendeklarasikan dukungan kepada Anies.
Tapi, kata dia, PKS juga dapat menunjukkan kedekatan lebih kepada Anies karena sudah mendukung sejak hajatan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Sementara Demokrat juga punya masa lalu dengan Anies di mana mantan rektor Universitas Paramadina itu dulu merupakan peserta konvensi calon presiden Demokrat di tahun 2014.
"Permasalahan ini bakal menyulitkan solidaritas koalisi perubahan. Sebelumnya NasDem mungkin saja dominan karena lebih awal mendeklarasikan Anies sebagai capres. Tetapi, setelah PKS dan Demokrat mendukung Anies, daya tawar yang dimiliki oleh ketiga partai ini sama," ujar Arifki.
Arifki menambahkan solidaritas Koalisi Perubahan ini bakal teruji jika ketiga partai ini melakukan deklarasi secara bersama. Jika hal ini tidak dilakukan oleh koalisi perubahan, langkah politik yang diambil oleh ketiga anggota koalisi hanya ingin merespons pertanyaan publik terkait kepastian Anies maju sebagai capres.
Lamanya dukungan PKS dan Demokrat terhadap Anies menurut Arifki tentu masuk dalam pertimbangan kedua partai ini sebagai poin elektoral.
“PKS dan Demokrat tentu khawatir, kedua partai ini kan oposisi. Mas Anies ini identik dengan figur yang mewakili kepentingan oposisi, baik secara citra maupun dukungan elektoral. PKS dan Demokrat takut telat mendukung Anies berdampak terhadap hilangnya dukungan pendukung Anies kepada kedua partai ini," kata Arifki menambahkan.