Kamis 02 Mar 2023 14:24 WIB

Jokowi: Perubahan Iklim Kini Paling Ditakuti Dunia

Perubahan iklim menyebabkan frekuensi bencana alam meningkat.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang duduk di rerumputan yang dijemur matahari di Greenwich Park dengan latar belakang museum Maritim dan distrik keuangan Canary Wharf di London, Inggris, Ahad, 17 Juli 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perubahan iklim menjadi momok yang paling ditakuti dunia saat ini.
Foto: AP Photo/Tony Hicks
Orang-orang duduk di rerumputan yang dijemur matahari di Greenwich Park dengan latar belakang museum Maritim dan distrik keuangan Canary Wharf di London, Inggris, Ahad, 17 Juli 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perubahan iklim menjadi momok yang paling ditakuti dunia saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perubahan iklim menjadi momok yang paling ditakuti dunia saat ini. Sebab, perubahan iklim akan menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia meningkat drastis.  

“Apa yang ditakuti oleh dunia saat ini? Bukan lagi pandemi, bukan lagi perang, tetapi yang lebih mengerikan yang ditakuti semua negara adalah perubahan iklim. Perubahan iklim. Dan perubahan iklim itu menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis,” ujar Jokowi saat membuka Rakornas Penanggulangan Bencana di Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Jokowi menyebut, saat ini Indonesia menempati tiga teratas negara paling rawan bencana di dunia. Frekuensi bencana alam di Indonesia pun meningkat hingga 81 persen, dari 2010 yang sebanyak 1.945 bencana menjadi 3.544 bencana di 2022.

“Kita ini tidak hanya urusan banjir, tidak hanya urusan gunung berapi yang meletus, bukan hanya urusan tanah longsor, yang lebih sering gempa bumi dan bencana alam dan non alam lainnya yang kita hadapi,” kata dia.

Karena itu, Jokowi menekankan pentingnya kesiagaan dan kewaspadaan baik dalam tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan pascabencana. Seluruh tahapan tersebut, kata dia, harus dikelola dengan baik.

Namun Jokowi menilai selama ini pemerintah masih fokus pada tahap tanggap darurat ketika terjadi bencana. Padahal, kata dia, tahap prabencana justru dinilai jauh lebih penting.

“Bagaimana menyiapkan masyarakat, bagaimana mengedukasi masyarakat, bagaimana memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk langkah-langkah antisipasi itu harus jadi prioritas untuk menimalisasi korban maupun kerugian,” jelas Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement