REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto mengatakan, selama 2022, jumlah kejadian bencana di Indonesia memang menurun dari tahun sebelumnya. Namun demikian, kata dia, dampak dari beberapa kali gempa bumi mengakibatkan jumlah korban jiwa meninggal dan kerusakan infrastruktur lebih besar dari 2021.
“Ditinjau dari jenisnya, bencana hidrometrologi basah masih dominan, namun dari sisi dampak, bencana geologi lebih signifikan sehingga menjadi fokus ke depan upaya mitigasi dan kesiapsiagaannya,” kata Suharyanto di Rakornas BNPB di Kemayoran, Kamis (2/3/2023).
Dia memperkirakan, mitigasi bencana hidrometrologi di 2023 dimungkinkan mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, belajar dari gempa Cianjur 5,6 magnitudo dan gempa Turki 7,8 magnitudo, kata dia, pihaknya akan melakukan penguatan struktur bangunan, fasilitas sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas publik dan kesehatan.
“Hal itu sebagaimana arahan Presiden Jokowi di rakornas 2021 lalu. Dan tetap harus menjadi fokus bersama,” ujar dia.
Ke depannya, pihak dia berjanji akan mendorong identifikasi sesar-sesar darat yang masih belum dilakukan hingga kini. Utamanya, kata dia, di kawasan padat penduduk berdasarkan catatan gempa di masa lalu.
Menyoal penanganan Covid-19 yang sudah melandai, lanjut dia, BNPB masih bekerja sebagai Satgas penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak. Menurutnya, dari total 619 ribu ekor ternak yang sudah berjalan diatasi, masih tersisa 5.700 ekor.
“Selain itu vaksinasi PMK akan diselesaikan di 2023, mengingat realisasi baru 25 persen dari populasi,” kata dia.