REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Ekonom senior Indef, Dradjad Wibowo, mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda ancaman resesi bagi Indonesia pada 2023. Hal yang mungkin terjadi adalah konsolidasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level instrinsiknya.
"Jadi soal resesi, insya Allah tidak ada tanda-tanda ancaman resesi bagi Indonesia pada 2023. Bahkan untuk ASEAN 5 + Vietnam, tanda-tanda resesi tidak ada,” kata Dradjad, dalam diskusi Dialektika Demokrasi dengan judul "Membedah Target Pertumbuhan ekonomi di Tengah Isu Resesi”, Kamis (23/2/2023).
Hasil yang paling jelek dan lambat, menurut Dradjad, hanya Thailand. Itu pun masih tumbuh positif.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN 5 + Vietnam, 2020-2022.
Dipaparkannya, ketika ada krisis seperti pandemi atau krisis moneter, biasanya ada beberapa polanya. Pertama, pertumbuhan anjlok menjadi negatif. Setelah mencapai dasar terendah, pertumbuhan akan naik kembali. Biasanya kenaikannya sangat tinggi.
"Setelah itu, pertumbuhan akan melambat dan terkonsolidasi ke level rata-rata pertumbuhan jangka panjang dari satu negara. Tren itu yang terlihat dari data ASEAN 5 + Vietnam,” kata Ketua Dewan Pakar DPP PAN ini.
Indonesia sekarang berada pada fase pemulihan pertumbuhan pascapandemi. Apalagi, menurut Dradjad, harga minyak dunia sudah lebih stabil. Yang mungkin terjadi adalah konsolidasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level instrinsiknya atau ke level rata-rata jangka panjangnya. Level instrinsik ini biasanya sama atau dekat-dekat dengan tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga.