Jumat 17 Feb 2023 16:15 WIB

Pengamat Tangkap Empat Peluang Capres pada 2024

Kemungkinan itu bisa terjadi, jika PDIP maju sendiri.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Pemilu
Foto: republika/mgrol100
Ilustrasi Pemilu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesuai ketentuan presidential threshold 20 persen, Koalisi Perubahan saat ini sudah mengumpulkan modal dasar sampai 28 persen kursi. Disusul Koalisi Gerindra-PKB dan koalisi PDI Perjuangan yang belum mengumumkan capres.

Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, perkembangan politik menjelang Pilpres 2024 masih sangat dinamis. Tapi, Yusak berpendapat, kehadiran dua pasang calon lebih akan menghadirkan iklim kompetisi yang baik.

Baca Juga

"Kalau PDIP kemudian menggunakan wewenangnya untuk mengusung pasangan calon presiden sendiri, saya kira nanti akan ada empat pasang calon," kata Yusak, Jumat (17/2).

Ia melihat, kehadiran lebih dari dua pasang calon memberikan alternatif bagi masyarakat memilih. Sebab, belajar dari Pilpres 2019, gejala-gejala divided society sangat tinggi, dan polarisasi masyarakat berlangsung sangat ekstrem.

"Maka itu, kita perlu meletakkan partai politik sebagai pilar penting demokrasi," ujar Yusak.

 

Dekan Fisip Universitas Sutomo itu menuturkan, jarak sampai ke pendaftaran capres-cawapres masih sekitar delapan bulan. Melihat Pilpres 2019, penentuan cawapres dilakukan partai-partai atau koalisi-koalisi pada detik terakhir.

Bahkan, ia mengingatkan, pada 9 Agustus atau satu hari sebelum batas akhir pendaftaran capres dan cawapres, cawapres masih disimpan masing-masing. Maka itu, menarik ditunggu seperti apa dinamika yang terjadi di Pilpres 2024 nanti.

Meski begitu, kandidat-kandidat sejauh ini mulai terpantau. Dari perspektif publik, ada ekspektasi kehadiran lebih dari dua calon agar demokrasi bekerja lebih baik. Namun, Yusak merasa, rekonsolidasi demokrasi sudah cukup matang.

"Kedewasaan berpolitik kita juga semakin diuji dan tentu kita berterima kasih atas komitmen partai politik untuk menurunkan tensi dan turbulensi politik," kata Yusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement