REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan stok beras di Jatim mencukupi. Pada Februari 2023, Jatim memiliki stok beras mencapai 200 ribu ton.
Kemudian ditambah stok yang dimiliki Bulog sebanyak 98 ribu ton. Stok juga diakuinya masih ada di tempat- tempat penggilingan padi yang selama ini market sharenya sekitar 90 persen.
"Stok dari Bulog masih ada 98 ribu ton itu belum di distributor dan penggilingan padi yang market sharenya 90 persen. Artinya stok di Bulog itu di luar dari stok di penggilingan-penggilingan padi di seluruh daerah di Jawa Timur. Insya Allah stoknya dalam posisi yang cukup dan aman," kata Khofifah, Senin (13/2/2023).
Selain itu, lanjut Khofifah, memasuki Maret 2023, Jatim akan panen raya dengan hasil yang diperkirakan mencapai 1.050.000 ton beras. Menurutnya, yang penting saat ini sinergi untuk percepatan pendistribusian dari beras yang ada di berbagai titik.
"Apakah di penggilingan ataukah di Bulog supaya bisa segera sampai ke konsumen," ujarnya. Khofifah pun mengajak seluruh distributor ikut menjadi bagian yang bisa memberikan layanan kepada masyarakat, terutama terkait pendistribusian agar bisa menjaga normalisasi harga beras di pasaran.
"Jadi yang kita memang harus perhatian adalah khusus untuk harga beras karena masih harus dikawal operasi pasarnya harus lebih intensif lagi supaya masyarakat bisa mendapatkan harga beras sesuai dengan HET dan keterjangkauan daya beli masyarakat," kata Khofifah.
Khofifah menegaskan, pihaknya akan terus menggelar operasi pasar dalam upaya menstabilkan harga beras yang masih tinggi di pasaran. Melalui operasi pasar, beras medium didistribusikan ke konsumen dengan harga Rp 43 ribu per 5 kilogram. Artinya per kilogram beras medium dibanderol Rp 8.600 saja. Harga ini lebih rendah dibandingkan HET beras medium yakni Rp 9.450 per kilogram.
"Kita memang sudah keliling selama 20 hari terakhir untuk bisa mengintervensi stabilisasi harga beras di berbagai titik," ujarnya.