Sabtu 11 Feb 2023 08:51 WIB

Pembakaran Alquran, Rasmus Paludan, dan Cacat Liberalisme

Ada persmasalahan serius soal kebebasan dalam demokrasi liberal barat

Ramsus Paludan, anti-Muslim Swedia.
Foto:

Kebebasan  Ramsus Paludan

Kebebasan adalah penting dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kebebasan lekat dalam kodrat manusia. Tidak ada satupun tindakan yang dapat dituntut tanggung jawabnya kecuali bahwa tindakan itu merupakan tindakan bebas. Islam juga menekankan hal ini.

Menurut Hannah Arendt, kebebasan itu dapat dipahami dalam dua pengertian, yakni bebas dari dan bentuk untuk. Bebas dari berarti bahwa tindakan-tindakan yang dikerjakan subjek tidak mendapatkan penghalang dari pihak lain. Sebaliknya, bebas untuk berarti bahwa subjek secara otonom dapat melakukan tindakan yang dikehendakinya. 

Rasmus Paludan dapat melakukan tindakannya, dalam hal ini membakar Alquran, karena memenuhi kedua syarat kebebasan di atas, yakni 'bebas dari dan bebas untuk'. Baik pemerintahan Swedia maupun Denmark mengizinkan Rasmus Paludan membakar Alquran karena tindakan tersebut merupakan bagian dari kebebasan berekspresi dan tidak melanggar hukum. Rasmus Paludan itu sendiri juga mempunyai kebebasan untuk bertindak.

Namun, kebebasan Rasmus Paludan pada akhirnya melukai umat Islam. Ini berarti bahwa konsekuensi atas kebebasan itu tampaknya tidak dipikirkan. Dalam kasus ini, kita dapat menyatakan bahwa kebebasan ala Rasmus Paludan adalah “kebebasan berdimensi tunggal”. Kebebasan hanya dipahami dan diimplementasikan untuk kepentingannya sendiri, dan bukan demi kemaslatan bersama.

Padahal, kebebasan dijamin dalam suatu konstitusi untuk menghindari totalitarianisme. Sejarah menunjukkan bagaimana wajah politik ini menindas dan menghancurkan kemanusiaan. Di sisi lain, kebebasan politik demokrasi dijamin untuk menghindarkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).

Dengan menjamin kebebasan pers (press freedom) yang berakar pada kebebasan manusia, dimungkinkan fungsi pengawasan media (watchdog). Dengan begitu, penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Maka, kebebasan benar-benar menjadi masalah ketika kebebasan itu semata menjamin kebebasan individu, lepas dari konsekuensi sosialnya.

 

    

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement