Jumat 10 Feb 2023 00:09 WIB

Kepala BRIN Minta BRI Daerah Buat Ekosistem Riset yang Kondusif

Kepala BRIN meminta BRI daerah (BRIDA) untuk membuat ekosistem riset yang kondusif.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko. Kepala BRIN meminta BRI daerah (BRIDA) untuk membuat ekosistem riset yang kondusif.
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko. Kepala BRIN meminta BRI daerah (BRIDA) untuk membuat ekosistem riset yang kondusif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, ingin Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) fokus untuk membuat ekosistem riset dan inovasi yang kondusif sehingga dapat mendorong masyarakat kreatif, inovatif, dan mampu memecahkan permasalahan yang ada di daerah. Hal itu menjadi salah satu dari dua fokus utama yang harus menjadi perhatian BRIDA.

"Dua fokus itu harus menjadi semangat kita semua. Kebijakan harus berbasis data dan science sehingga apapun kebijakan yang dibuat bisa diterima. Walaupun tidak bisa menyenangkan semua orang. Tapi kalau ada basis yang kuat tentu orang bisa menerima," ujar Handoko dikutip dari laman BRIN, Kamis (9/2/2023).

Baca Juga

Selain fokus di atas, fokus kedua yang perlu BRIDA lakukan adalah memastikan pemerintah mampu membawa pola pikir ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Fokus itu perlu untuk dilakukan untuk menciptakan kebijakan dan keputusan yang berbasis pada data dan iptek atau science based policy.

Untuk mendukung kedua fokus tersebut, BRIN melansir Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) 2022 yang berisi sejumlah data dan indikator yang dapat menjadi cermin kekurangan dan kelebihan dari masing-masing daerah. IDSD menggambarkan kondisi daya saing daerah dan faktor-faktor pendorong produktivitas yang membentuk daya saing suatu daerah.

Hasil IDSD digunakan untuk kontribusi nasional dan internasional, dimana data dan informasi IDSD menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan, fasilitasi dan pembinaan daya saing daerah. Handoko menyerahkan secara langsung hasil IDSD kepada perwakilan pemda, di antaranya pemerintah provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Papua Barat, dan Sulawesi Tenggara.

“IDSD bukan untuk juara-juara-an, bukan hanya sekadar angka dan nilai. Tapi itu adalah data. Sebenarnya yang lebih penting adalah memaknai IDSD sebagai data yang menjadi cermin kekurangan dan kelebihan dari masing-masing daerah. Jadi harus dilihat detilnya. Disitu ada banyak indikator. Dan indikator itu berkorelasi dengan indikator Global Competitiveness Index (GCI),” kata dia.

Handoko kemudian mengimbau pemerintah daerah agar bersama-sama belajar melihat semua indikator tersebut untuk membuat strategi perbaikan dan perencanaan ke depan secara lintas sektoral. Pemerintah daerah, kata dia, jangan hanya berpikir sektor riset dan inovasi karena sektor tersebut pasti kecil di daerah.

"Harapan pimpinan daerah itu bagaimana bisa mendukung pengambilan keputusan dan kebijakan, strategi dan perencanaan yang berbasis data dan science dengan memanfaatkan jejaring kabupaten/kota lain termasuk dengan BRIN,” ujar dia.

Handoko menyebutkan pihaknya juga tengah mengembangkan skema join funding, join call for proposal, atau fasilitasi riset yang dapat dimanfaatkan pemda guna memecahkan permasalahan di daerah. Dalam hal ini BRIN akan terus mendukung melalui penyediaan para periset dan pakar, sarana prasarana atau laboratorium dan jejaring yang dimiliki.

Deputi Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Yopi, mengatakan indikator dari kinerja BRIDA sesuai dengan tugas dan fungsinya adalah fokus pada kuantitas koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan, kuantitas kajian dan rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dan kebermanfaatan dari rekomendasi tersebut untuk kepentingan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement