REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Anggota Fraksi PDIP DPRD Kota Depok, Ikravany Hilman menyoroti alasan yang dikemukakan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terkait molornya pengerjaan Jembatan Jatijajar. Alasan, seperti mengurus kabel listrik bertegangan tinggi seharusnya telah diperhitungkan sebelum proyek dimulai.
"Kalau alasannya itu kan menutupi kesalahan dengan kebodohan yang lain. Maksudnya nggak mungkin itu nggak disurvei, nggak diriset dulu. Itu kan hal yang harusnya sudah bisa diantisipasi sejak awal," jelasnya kepada Republika.co.id di Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023).
Ikravany menyebut, riset seharusnya telah dilakukan sejak lama yang akan menghindari kendala yang muncul saat pembangunan. "Karena itu bukan seperti menemukan benda masa prasejarah, sehingga seperti, wah ternyata ada ditemukan kapak batu," katanya menyindir.
Menurut Ikravany, mundurnya penyelesaian proyek jembatan di Tapos dari target semula sangat meresahkan masyarakat, khususnya pengguna jalan. Padahal target penyelesaiannya semula adalah pada Desember 2022. Namun, kontraktor tidak mampu menyelesaikan sesuai kontrak.
Dia juga menyoroti langkah pemkot yang seakan sangat mudah melakukan addendum atas proyek jembatan Jatijajar. Pihaknya khawatir, jika perilaku ini dibiasakan, kejadian serupa akan terjadi di proyek-proyek lain di Kota Depok.
"Tentunya ini masalah nggak bisa pemkot dalam hal ini sesederhana ini melakukan addendum terhadap perjanjiannya. Karena kalau nggak jujur sama masalah ini, kita terancam mengulangi persoalan yang sama di masa ke depan. Ini menyangkut ribuan warga yang memanfaatkan jembatan tersebut," jelas Ikravany.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Depok, Citra Indah Yulianty menjelaskan, Jembatan Jatijajar molor pengerjaaannya dari target karena terkendala berbagai alasan. Terutama soal kabel berkapasitas besar yang membentang di jembatan hingga soal buka tutup lalu lintas.
"Itu kabel-kabel kapasitas besar yang harus hati-hati. Juga awalnya ada tergantung begitu saja di jembatan lama karena kabelnya menuju sutet dan melayani ribuan pelanggan satu kabel saja sudah 20 ribu kilovolt (KV)," ujar Citra.
Proyek Jembatan Jatijajar seharusnya telah selesai pada Desember 2020, namun karena pandemi sehingga pekerjaan dihentikan. Kemudian, dilakukan perpanjangan kontrak hingga 31 Januari 2023. Tapi perpanjangan waktu tersebut nyatanya belum juga cukup bagi kontraktor untuk menyelesaikan pembangunan.