REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengirimkan personelnya ke luar negeri untuk belajar manajemen pengamanan stadion untuk kompetisi sepak bola.
Langkah ini merupakan upaya Polri meningkatkan kemampuan jajarannya, setelah melaksanakan kursus manajemen pengamanan stadion dengan menghadirkan tenaga pengajar dari Coventry University, London.
"Kami juga akan mengirimkan personel-personel kami ke luar negeri untuk studi banding," kata Sigit usai penutupan kursus manajemen pengamanan stadion di Jakarta, Rabu.
Jenderal bintang empat itu belum menyebutkan berapa personel yang dikirimkan untuk melakukan studi banding. Namun, dipastikan keberangkatan personelnya ke luar negeri untuk mendapat gambaran langsung manajemen pengamanan stadion di luar negeri.
"Studi banding ini untuk mendapatkan gambaran dan melakukan pengayaan untuk penyelenggaraan keamanan sepak bola yang betul-betul sesuai dengan standar FIFA," kata Sigit.
Mantan Kabareskrim Polri itu memiliki keyakinan dengan segala upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah dalam manajemen pengamanan stadion, ke depan Indonesia mampu menyelenggarakan pertandingan sepak bola lebih profesional dengan rama aman dan nyaman.
Ia menyebut, Indonesia memiliki potensi pemain sepak bola yang punya masa depan bisa bermain di kancah internasional. Selain itu, sumber daya pendukung seperti tingginya kesukaan masyarakat terhadap olahraga sepak bola tersebut.
Menurut dia, bila penyelenggaraan sepak bola dalam berjalan dengan baik hal ini akan berdampak pada pertumbuhan sektor ekonomi. Karena roda perekonomian masyarakat berputar saat pertandingansepak bola digelar.
"Harapan kami bisa mewujudkan kompetisi sepak bola yang lebih sehat, berkualitas dan tentunya ke depan bisa membawa harum Indonesia di tingkat internasional," kata Sigit.
Polri menggelar kursus manajemen pengamanan stadion menghadirkan pengajar dari Coventry University, London, berlangsung selama sembilan hari (25 Januari-2 Februari). Banyak hal yang dipelajari personel Polri dari kursus tersebut, seperti penentuan kapasitas jumlah penonton dan analisa risiko.
Sigit menyampaikan, analisis risiko tidak hanya dilakukan oleh kepolisian saja, tetapi juga melibatkan tim dari pemangku kepentingan terkait lainnya. Sehingga dari situ kepolisian bisa menentukan bagaimana dengan kesiapan stadion untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola.
Kesiapan ini di antaranya bila terjadi situasi kontijensi maka penonton di dalam stadion dalam dievakuasi dalam waktu singkat. Kemudian terkait pembagian tugas pengamanan dan pengawasan, di mana zona satu di dalam stadion merupakan bagian pengamanan dari steward, sedangkan kepolisian berada di luar stadion.
Namun, personel Polri bisa masuk ke dalam stadion atas permintaan senior security officer (SSO). "Polri tetap melakukan pengawasan di sektor-sektor dengan menggunakan CCTV yang ada sehingga Polri pun siap antara steward dengan kepolisian tentunya juga saling berhubungan sehingga sewaktu-waktu eskalasi meningkat personel kepolisian pun siap," terang Sigit.
Orang nomor satu di kepolisian itu menekankan, pihak terus melakukan evaluasi dalam pengamanan disesuaikan dengan model dan kesiapan masing-masing stadion yang ada di wilayah."Karena memang model stadion dan kesiapan stadion masing-masing wilayah berbeda-beda sehingga penentuan letak-letak keberadaan polisi harus sebelah mana ini juga kemudian kami sesuaikan. Namun paling tidak perubahan itu kami lakukan," kata Sigit.