REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman, menyampaikan dukungannya terhadap keinganan agar Sumatera Barat bisa menjadi tuan rumah penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah mendatang.
“Warga Sumatera Barat, termasuk Pak Gubernur mendukung sekali jika Sumbar menjadi tuan rumah,” kata Irman, Selasa (31/1/2023). Menurutnya, Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, namun Muhammadiyah juga memiliki warga yang besar di Sumatera Barat.
Dengan adanya keinginan ini, menurut Irman, syarat-syarat yang harus dipenuhi Sumatera Barat untuk menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah, akan bisa dipenuhi. “Elemen masyarakat Sumatera Barat, saya yakin akan berusaha memenuhi syarat-syarat itu,” ungkap Irman.
Sebagai warga Muhammadiyah, Irman berpendapat, penyelenggaraan muktamar juga akan memberikan dampak ekonomi yang bagus bagi masyarakat Sumatera Barat. Dikatakannya, penyelenggaraan mukhtamar akan membuat Sumatera Barat didatangi banyak peserta maupun penggembira kegiatan muktamar. Sehingga terbuka peluang yang bisa menggerakkan ekonomi Sumatera Barat.
“Jadi selain fakta bahwa Sumatera Barat itu penting bagi Muhammadiyah, kegiatan Muktamar Muhammadiyah juga punya manfaat secara ekonomi,” kata Irman.
Sebelumnya Irman bersilaturahim dengan Ketua dan Pengurus PW Muhammadiyah Sumbar, Sabtu (28/1/2023) di Gedung Dakwah PW Muhammadiyah Sumbar di Padang.
Dalam kesempatan itulah Irman Gusman menyatakan dukungannya terhadap wacana pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah tahun 2027 di Sumbar. Diungkapkannya, jika Sumbar menawarkan diri jadi tuan rumah muktamar, maka PW Muhammadiyah Sumbar harus segera meyakinkan PP Muhammadiyah bahwa mereka siap menggelar kegiatan tersebut.
Irman juga menyinggung masalah peran Muhammadiyah dalam memberikan kontribusi bagi kehidupan berbangsa. Menurutnya, dalam usia organisasi yang mencapai 110 tahun, Muhammadiyah sudah teruji dan sudah berkontribusi banyak untuk pembangunan bangsa.
“Tidak banyak organisasi yang berusia ratusan tahun. Muhammadiyah sudah 110 tahun. Biasanya 20 tahun 50 tahun organisasi sudah tutup,” kata Irman.
Bersama dengan Nahdatul Ulama (NU), saat ini, Muhammadiyah menjadi pilar yang menjaga stabilitas bangsa. Terutama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Banyak negara terjadi konflik karena faktor beda agama. Bahkan ada satu agama berbeda mahzab terjadi konflik. Seperti Lebanon, Syria, Yaman dan lainnya, yang perang sesama saudara Islam,” kata Irman