Rabu 25 Jan 2023 00:19 WIB

Sekber Jadi Simbol Koalisi Gerindra-PKB Lebih Serius daripada KIB dan Koalisi Perubahan

Sekber Gerindra-PKB mengindikasikan pasangan Prabowo-Muhaimin di pilpres.

Rep: Febrian Fachri / Red: Andri Saubani
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar saat peresmian Sekretatiat Bersama (Sekber) di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (23/1/2023). Sekber tersebut merupakan bentuk optimisme kedua partai dalam menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Selain itu juga wujud implementasi dari kerjasama politik yang sudah diputuskan dan disepakati.
Foto: Republika/Prayogi.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar saat peresmian Sekretatiat Bersama (Sekber) di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (23/1/2023). Sekber tersebut merupakan bentuk optimisme kedua partai dalam menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Selain itu juga wujud implementasi dari kerjasama politik yang sudah diputuskan dan disepakati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan peresmian Sekretariat Bersama (Sekber) Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi simbol koalisi Kebangkitan Indonesia Raya lebih terlihat serius daripada Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP) dan Koalisi Perubahan. Khusus Koalisi Perubahan hingga kini bahkan belum meneken secara resmi kesepakatan koalisi.

"Ya, kalau sudah punya sekber berarti Gerindra-PKB terlihat lebih serius dibandingkan KIB dan Koalisi Perubahan dalam membangun koalisi. Koalisi Perubahan masih sibuk tarik menarik siapa yang bakal menjadi cawapres Anies. Sedangkan KIB masih ragu dan bingung menentukan kandidat dari ketua umum parpol," kata Arifki, melalui siaran pers yang diterima Republika, Selasa (24/1/2023). 

Baca Juga

KIB sampai sekarang masih belum mendeklarasikan siapa bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan diusung. Lalu Koalisi Perubahan masih belum menentukan bakal cawapres yang akan mendampingi Anies. 

Arifki melihat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya berkemungkinan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres. Prabowo menurut Arifki, selain mempertimbangkan ambang batas pencalonan, menggaet Cak Imin juga bertujuan menambah lumbung suara di Jawa Timur. 

Tapi kendala bila menggaet Cak Imin adalah elektabilitas Ketum PKB tersebut yang masih rendah. Walau bagaimanapun menurut Arifki, seorang Capres harus mempertimbangkan elektabilitas Cawapres yang akan mendampinginya. 

Apalagi suara Prabowo kemungkinan akan berkurang bila Anies Baswedan maju menjadi Capres. Karena banyak analisis menyebutkan kalau basis pemilih Anies hampir mirip dengan pemilih Prabowo. 

“Gus Muhaimin sepertinya harga mati untuk menjadi cawapres dari PKB karena kesempatan ini yang ditunggu-tunggunya selama ini. Tetapi, Prabowo maju sebagai capres sekadar mencari dampak efek ekor jas pemilu serentak untuk Gerindra atau langkah konkret untuk menang Pilpres. Jika tujuannya yang terakhir, saya pikir penentuan cawapres bakal dilematis," ujar Arifki.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement