REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengajak seluruh keluarga di Indonesia untuk mengubah pola pikir keluarga dalam menerapkan pola pengasuhan dan pola asupan makanan bergizi, terutama bagi anak-anak pada fase 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Menurut dia, penting untuk mengisi piring makan dengan makanan kaya protein.
"Semangat untuk isi piringku dan kampanye isi piringku dengan kaya protein menjadi penting. Satu butir telur sehari itu sudah bisa mengatasi stunting,” kata Hasto dalam siaran pers, Senin (23/1/2023).
Hasto menjelaskan, stunting banyak terjadi di rentang usia enam sampai 24 bulan atau 1.000 HPK. Karena itu, mengubah pola pikir bahwa protein hewani itu harus dan tidak mahal untuk mengatasi stunting penting untuk dimiliki oleh seluruh keluarga di Indonesia. Pentingnya protein hewani dalam menu sehari-hari bisa dikenalkan kepada keluarga, remaja yang akan menikah, juga kepada stakeholder lainnya.
“Di beberapa daerah sudah menyiapkan menu-menu yang bisa dicontoh dan juga dengan menggunakan bahan pangan lokal yang sudah sangat mencukupi kebutuhan mikronutrient bagi balita terutama dalam 1.000 HPK," jelas dia.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Endang Sumiwi, mengatakan makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan masih kurang adekuat, terutama kurangnya komponen protein hewani. Karena itu, pihaknya menggalakkan mencegah lahirnya anak stunting dan lebih fokus lagi pada tiga segmen masayarakat yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan balita.
“Persoalan kesehatan dan gizi menjadi persoalan bersama, menurunkan stunting menjadi kewajiban bersama. Kami berharap semua pihak dapat mendukung dan mengkampanyekan konsumsi protein bersumber hewani untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita yang kebutuhannya berbeda dengan segmen masyarakat lain,” kata Endang.
Protein hewani memiliki keunikan dan manfaat yang sebagian besar sulit didapatkan oleh bahan pangan lain, seperti asam amino, jenis vitamin dan mineral tertentu, serta asam lemak. Tergantung cara pengolahannya, nilai manfaat biologis protein hewani lebih bagus diserap tubuh.
Keunikan pangan hewani lainnya adalah membentuk hormon dan tulang, tulang keras atau rawan, karena kaya akan kolagen dari asam amino, lemak, dan energi. Nutrisi-nutrisi ini amat sangat penting diperlukan bayi di bawah satu tahun dan akan lebih baik bila protein hewani dikonsumsi secara variatif.
Namun, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2002 menulis asupan protein di Indonesia secara umum masih terbilang rendah. Bahkan, penelitian dari Food and Agriculture Organization of United States menyebut Indonesia adalah salah satu negara dengan pengonsumsian daging dan susu terendah di dunia.