Rabu 18 Jan 2023 19:50 WIB

Ketua Komisi X DPR Sayangkan Penilaian Negatif Terhadap Atlet Dansa

Ketua Komisi X DPR menyayangkan penilaian negatif siswa yang jadi atlet dansa Bogor.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Komisi X DPR yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Syaiful Huda menyayangkan penilaian negatif siswa yang jadi atlet dansa Bogor.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua Komisi X DPR yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Syaiful Huda menyayangkan penilaian negatif siswa yang jadi atlet dansa Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, tidak setuju siswa-siswi SMP I Ciawi, Kabupaten Bogor, yang menari dikaitkan dengan budaya luar. Menurut dia, pandangan sebagian publik itu tidak relevan dengan konteks yang dimaksud. Sebab, siswa-siswi SMP di Bogor itu merupakan atlet dance sport yang menjuarai turnamen di Jawa Barat.

"Ada beberapa hal menurut saya. Yang pertama apa yang di-performance-kan, apa yang ditunjukkan teman-teman SMP Bogor itu dipastikan mereka atlet dance sport," kata Syaiful dalam keterangan tertulis Rabu (18/1/2023).

Baca Juga

Maka dari itu, kata dia, konteks yang dikaitkan akan lebih tepat apabila dilihat dari perspektif olahraga dansa. Lebih lanjut, Syaiful menilai, warganet acap kali membandingkan hal seperti itu dengan budaya di luar negeri. Padahal, masyarakat seharusnya dapat mengambil hal positif apa pun yang berasal dari luar negeri.

"Cara pandang ini, menurut saya, kurang tepat di tengah era yang begini luar biasa. Karena itu, yang terbaik adalah menyikapinya dengan cara apa yang masuk kita cari konvergensinya. Kita cari titik temu terbaiknya, pada konteksnya," kata politikus PKB itu.

Syaiful menuturkan, berdasarkan konteks nilai, perlu dicari nilai terbaik dari budaya luar. Dengan demikian, kata dia, budaya luar tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Siswa-siswi yang menari pun tak dapat disalahkan, apalagi melihat latar belakang mereka sebagai atlet. Cara pandang menghadap-hadapkan tersebut menurutnya kurang relevan.

Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan sepasang siswa-siswi SMPN I Ciawi tengah berdansa viral di media sosial dan dinarasikan sebagai 'generasi rusak'.

Di mana, pada video yang beredar tersebut seorang siswa dan siswi berhijab berdansa di tengah lapangan sekolah. Siswa-siswi lain menonton keduanya menunjukkan aksi dansanya.

Video itu kemudian dinarasikan menunjukkan generasi muslim yang terpengaruh oleh budaya asing. Masih dalam narasi yang sama, disebutkan SMPN I Ciawi memasukkan kurikulum dansa dalam pelajaran ekstrakulikuler dalam materi pembelajarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement