REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana tugas Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Anggin Nuzula Rahma mengatakan, keluarga perokok merupakan salah satu faktor pendorong anak menjadi perokok.
"Yang pertama ini (melihat) dari orang tua. Anak kecil yang dalam tumbuh kembangnya melihat ayahnya merokok, kakeknya, tetangganya merokok, tentu secara tidak langsung melihat merokok ini hal yang biasa," kata Anggin Nuzula Rahma dalam acara "Diseminasi Hasil Pemantauan IPS Rokok Forum Anak di 9 Kabupaten/Kota", yang diikuti di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
Anggin Nuzula Rahma mengatakan, untuk itu, kesadaran keluarga harus dibangun untuk menciptakan lingkungan keluarga yang bebas dari rokok. Selain orang tua, lingkungan pergaulan anak juga memiliki andil membuat anak menjadi perokok.
"Teman-teman bermain-nya ini juga mengajari anak-anak untuk merokok. Kan anggapannya kalau merokok itu macho, imagenya ganteng," katanya.
Tak hanya itu, iklan dan promosi rokok yang gencar, menurut Anggin, juga mendorong bertambahnya perokok anak. "Iklan rokok juga banyak, iklannya kreatif banget, bagus-bagus, menonjolkan alam, kemauan laki-laki," katanya.
Padahal anak-anak yang melihat tayangan iklan tersebut masih belum bisa membedakan hal yang baik maupun hal yang buruk sehingga akhirnya termakan iklan produk rokok. KemenPPPA juga menyayangkan banyaknya iklan rokok yang mudah diakses oleh anak. Selain itu, pihaknya juga menyoroti tentang murahnya harga rokok sehingga terjangkau oleh anak.
"Akses terhadap pembelian rokok mudah dan dapat dibeli satuan," kata Anggin Nuzula Rahma.
Anggin juga menyoroti munculnya produk olahan tembakau lainnya, seperti vape yang juga berbahaya bagi kesehatan.
"Munculnya produk olahan tembakau lainnya yang sekarang banyak sekali ya, dengan berbagai rasa, berbagai bentuk, berbagai kemudahan juga untuk membelinya. Nah ini menjadi PR tambahan untuk kami di pemerintah," katanya.