REPUBLIKA.CO.ID, Teka-teki siapa yang akan dimajukan oleh Ketum Megawati Sukarnoputri sebagai calon presiden (capres) 2024 masih terkunci repat. Ada tiga pilihan yang keras disebut sejumlah analis.
Pertama memajukan ketua DPR Puan Maharani sebagai calon presiden. Kedua, Megawati memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan terakhir memajukan keduanya sekaligus dengan skema Puan sebagai capres dan Ganjar cawapres atau sebaliknya
Menurut analis politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif, PDIP memang berpotensi besar sebagai koalisi tunggal di Pilpres 2024. Menurut Ikhwan berdasarkan aturan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold, PDIP menjadi satu-satunya partai yang mempunyai golden tiket untuk dapat mengusung bakal capres tanpa berkoalisi dengan partai lain.
"Dengan modal kursi di DPR saat ini, PDIP dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden sendiri. PDI-P punya dua nominasi kandidat capres potensial di 2024, kalau dilihat dari pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, besar kemungkinan PDIP akan mengusung sendiri bakal capres dan cawapres, dan tidak menutup kemungkinan partai lain yang akan tertarik bergabung ke koalisi PDIP," ujarnya, Kamis (12/1/2023).
Berdasarkan hitung-hitungan presidential threshold, PDIP bisa saja menunjuk Puan atau Ganjar tanpa berkoalisi dengan partai politik lain. Walaupun dalam tradisi Pilpres, diakui dia, gabungan partai politik sangat dibutuhkan untuk menambah kekuatan politik dalam merebut suara pemilih.
Karena itu, ia menilai, PDIP akan kewalahan jika mengusung capres dan cawapres sendiri, walau PDIP mempunyai infrastruktur politik yang kuat. Ini dilihat dari hasil pemilu sebelumnya, ketika PDIP berhasil menjalankan mesin partai sehingga memperoleh kemenangan berturut-turut.
"Berkaca pada pemilu sebelumnya PDIP berhasil memperoleh kursi terbanyak di tingkat legislatif dan juga eksekutif. Tidak menutup kemungkinan PDIP percaya diri di Pilpres 2024 dengan mengusung kandidatnya sendiri," tutur ikhwan.
Beberapa waktu lalu PDIP sempat melakukan silaturahmi politik dengan mengunjungi beberapa petinggi partai politik yaitu Ketua Umum partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum partai NasDem Surya Paloh. Alhasil pertemuan tersebut tidak menunjukkan titik temu pembentukan koalisi.
"Penjajakan politik yang dibungkus dengan silaturahmi politik sebenarnya PDIP ingin menawarkan berkoalisi dengan partai politik manapun. Apalagi yang diutus Puan Maharani sebagai salah satu kandidat untuk maju sebagai Capres dari internal PDIP. Penjajakan politik itu sekaligus branding politik nama Puan Maharani sebagai capres terkuat PDIP," ungkap Ikhwan.
Ia mengatakan Puan Maharani lebih berpeluang besar mendapatkan tiket capres dibandingkan Ganjar Pranowo. Hal itu terbukti ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengutus Puan Maharani dalam penjajakan politik beberapa waktu lalu. Secara garis keturunan atau trah Soekarno, diakui, daya tawar Puan memang lebih besar.
Kedekatannya dengan Megawati sebagai Ketua Umum menjadi faktor utama peluang tiket capres lebih besar. Apalagi saat ini Puan menduduki jabatan kursi ketua DPR RI, sehingga tidak menutup kemungkinan langkah Ganjar semakin sempit.
Sementara untuk Ganjar Pranowo, Ikhwan melihat, bisa saja merebut tiket capres PDIP, karena sampai hari ini Ganjar menunjukkan sikap disiplin. Ia patuh dalam menunggu instruksi pilihan Ketua Umumnya meskipun desakan maju sebagai capres dari relawan politiknya sangat kuat.
"Sikap politik Ganjar ini dinilai mampu mempengaruhi arah pilihan petinggi PDIP dalam menentukan siapa yang benar-benar layak mewakili suara partai," ungkapnya.