REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 5,5 persen sepanjang 2022. Angka ini menjadi rekor inflasi tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Kota Bandung sendiri menjadi kota dengan angka inflasi tertinggi dalam skala nasional dengan angka 2.04 persen.
Asisten Daerah (Asda) Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Taufiq Budi Santoso mengungkapkan, andil inflasi selama 2022 dipengaruhi oleh sejumlah komoditas, antara lain harga bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif air minum PDAM, tarif angkutan dalam kota (angkot), telur ayam ras, bawang merah, beras, dan rokok kretek.
“Pada 3 September 2022, Pertalite naik 30, 72 persen, Solar naik 32,04 persen, Pertamax naik 16,00 persen,” ungkap Taufiq dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah provinsi dan kabupaten/kota se-Jawa Barat yang digelar secara virtual, Kamis (12/1/2023).
Menurutnya, untuk meminimalisir dampak inflasi yang cukup tinggi ini, diperlukan adanya upaya pengendalian inflasi agregat kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah, melalui pengendalian pasokan, subsidi transportasi, operasi pasar, dan gerakan masyarakat. Dia juga menegaskan pentingnya menjamin ketersediaan komoditas pangan pokok, seperti bawang merah, cabai merah, daging ayam, telur ayam, beras dan minyak goreng, yang menjadi pemici terjadinya inflasi sejak 2018 hingga 2022.
“Komoditas penyebab utama inflasi selama 2022 didominasi kelompok pangan dan harga yang diatur oleh pemerintah,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah membeberkan sejumlah komoditas yang beresiko mengalami kenaikan harga, antara lain cabai dan bawang. Elly menuturkan, kedua komoditas pokok itu ketersediaannya sangat berpengaruh pada kondisi cuaca, terlebih sejak akhir tahun lalu cuaca di tanah air, terutama Kota Bandung sedang kurang baik dan terus diguyur hujan.
Telur dan daging, sambung Elly, juga menjadi komoditas yang perlu diwaspadai ketersediaannya, terutama menjelang bulan ramadhan. “itu komoditas yang memang selalu menjadi primadonanya gitu. itu yang harus kita jaga,” kata Elly di Balai Kota Bandung, Rabu (11/1/2023).
Meski begitu, Elly memastikan bahwa kondisi ekonomi di Kota Bandung masih dalam keadaan baik, merujuk pada harga komoditas di pasaran yang masih terbilang stabil dan terkendali. Dia juga mengklaim tidak ada satupun harga komoditas yang mengalami kenaikan pesat.
“Aman, aman insya Allah, walaupun memang untuk minyak goreng curah kemasan, MinyaKita itu cukup langka,” kata Elly.
Terkait upaya untuk menekan resiko inflasi di Kota Bandung, Disdagin telah melakukan monitoring rutin untuk meninjau ketersediaan dan harga pasaran seluruh kebutuhan pokok akan digencarkan. Monitoring ini, kata dia, sejatinya sudah digencarkan sejak akhir Desember tahun lalu, berdasarkan arahan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
“Alhamdulillah hasilnya stok dalam keadaan aman tersedia dan juga harga relatif stabil dan terkendali,” kata Elly kepada awak media di Balai Kota Bandung, Rabu (11/1/2023).
Selain merutinkan pemantauan stok dan harga pasar, upaya lain yang dilakukan untuk menekan resiko inflasi adalah dengan menggelar pasar murah. Elly mengatakan, pengadaan pasar murah sejatinya telah menjadi agenda rutin Pemkot Bandung, seperti yang dilaksanakan pada 2022 lalu di 30 kecamatan di kota Bandung, begitu juga kegiatan bazar murah yang diadakan menjelang hari-hari besar.
Saat ditanya terkait persiapan menjelang ramadhan yang sudah di depan mata, Elly mengaku telah mengundang para distributor barang kebutuhan pokok untuk berkumpul dan melaporkan kondisi dan ketersediaan stok komoditas pokok di Kota Bandung menjelang ramadhan. Persiapan ini perlu dilakukan, kata dia, mengingat tradisi melonjaknya permintaan pasar menjelang atau selama bulan puasa.
“Monitoring tidak hanya ke pasar tapi juga swalayan, juga termasuk memastikan ketersediaan, kita meminta data dari distributor juga dari Bulog dan juga dari Aprindo toko-toko swalayan di Kota Bandung,” jelasnya.
Monitoring, kata dia, dilakukan dua kali sepekan, pada hari Senin dan Kamis. Sebelumnya, monitoring hanya dilakukan pada hari Kamis saja, namun untuk mengikuti perubahan harga, maka ditetapkan penambahan hari, kata Elly. Adapun hasil pantauan akan dipublikasikan setiap pekannya melalui sosial media Disdagin Kota Bandung.
“Nah mungkin ya Senin ada perubahan gitu jadi kita upayanya, jadi data dari kami tuh diupdatenya sabtu minggu tuh dua kali, itu senin dan kamis,” jelas Elly.