REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono memastikan proyek pengolahan sampah menjadi bahan bakar (Refuse-Derived Fuel/RDF) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, sudah mencapai 98 persen. "Progresnya sudah 98 persen, sebentar lagi bisa beroperasi, targetnya Januari ini," kata Heru di TPST Bantar Gebang, Senin.
Kapasitas tempat pengolahan sampah di lahan seluas 75 ribu meter persegi itu mampu mengolah 1.000 ton sampah lama dan 1.000 ton sampah baru per hari menjadi RDF kisaran 700-750 ton per hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto menambahkan pengolahan sampah itu dapat mengurangi beban TPST Bantar Gebang karena sampah dari Jakarta diperkirakan mencapai sekitar 8.200 ton per hari.
Asep menambahkan fasilitas di lokasi tersebut sudah lengkap atau sudah 98 persen dan sisanya tinggal melanjutkan tes untuk menguji pengolahan menjadi bahan bakar secara menyeluruh. RDF nantinya digunakan sebagai pengganti batu bara selanjutnya akan dimanfaatkan oleh industri semen sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan pada produksi semen.
Kualitas RDF yang dihasilkan akan memenuhi spesifikasi teknis untuk industri semen, antara lain nilai kalor minimum 3.000 Kal per kilogram, kadar air maksimum 20 persen dan ukuran maksimum 5 cm.
Ada dua perusahaan semen yang sudah berminat yakni Solusi Bangun Indonesia dan Indocement yang diharapkan dalam waktu dekat sudah ada perjanjian kerja sama. Pihaknya akan memaksimalkan fasilitas penambangan sampah lama dan RDF Plant di TPST Bantar Gebang.
Tujuannya agar kegiatan pengolahan sampah di Jakarta bisa berjalan optimal, serta dapat mengatasi permasalahan sampah secara bertahap. Asep melanjutkan pihaknya sedang membenahi pengolahan sampah di Jakarta salah satunya ITF Sunter agar semakin mengurangi beban kiriman sampah ke Bantar Gebang.
"Kami berharap ITF bisa segera terbangun, sehingga semakin sedikit kami bawa sampah ke Bantar Gebang dan diangkut tidak kurang dari 1.200 truk sampah per hari," kata Asep.