REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengapresiasi hadirnya efek ekor jas atau coattail effect yang didapatkan Partai Nasdem usai pendeklarasian Anies Baswedan. Namun dalam sebuah koalisi, ia memandang bahwa coattail effect adalah bonus yang didapatkan dalam menghadapi kontestasi nasional.
"Keduanya (Anies dan AHY) juga adalah pasangan yang paling memungkinkan dan paling tinggi probabilitas kemenangannya menghadapi figur-figur yang diendorse Pak Jokowi. Menurut kami ini yang mendasar dan terpenting, efek ekor jas menjadi bonus jika kemudian didapatkan," ujar Kamhar saat dihubungi, Senin (26/12/2022).
Partai Demokrat, jelas Kamhar, masih terus mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk maju menghadapi Anies. Keduanya dianggap sebagai sosok yang memperjuangkan aspirasi rakyat.
"Ikhtiar yang terus dilakukan untuk terwujudnya Koalisi Perubahan sebagai kristalisasi aspirasi rakyat yang selama ini diserap dan memperjuangkan kader utama Partai Demokrat Mas Ketum AHY untuk berpasangan dengan Mas Anies," ujar Kamhar.
"Selain sebagai penegasan figur pasangan yang paling pas merepresentasikan ide perubahan dan perbaikan sesuai aspirasi rakyat," sambungnya.
Adapun saat ini, Partai Demokrat bersama Partai Nasdem belumlah mendeklarasikan kerja sama politik yang nantinya disebut sebagai Koalisi Perubahan. Partai Demokrat menginginkan, deklarasi koalisi berbarengan dengan pengumuman calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
"Partai Demokrat menghendaki agar deklarasi nanti sepasang capres dan cawapres," ujar Kamhar.
Survei yang dilakukan Indopol menyebutkan elektabilitas Partai Nasdem meningkat 5,20 persen, setelah setelah satu bulan lebih mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Partai Nasdem mendapat efek elektoral atas deklarasi Anies Baswedan sebagai capres.
Direktur Eksekutif Indopol Survey Ratno Sulistiyanto, mengatakan dalam survei ini PDIP memiliki elektabilitas 17,89 persen. Diikuti Gerindra (12,93 persen), Nasdem (9,02 persen), Golkar (7,32 persen), PKB (5,45 persen), Demokrat (5,20 persen), PKS (3,90 persen), PAN (1,46 persen), Partai Baru (1,38 persen), PPP (1,06 persen). Sisanya di bawah 1 persen.
"Dinamika ini juga wajar, partai lain juga dapat efek elektoral ketika sudah melakukan momentum politik yakni deklarasi capres seperti PDIP, Golkar dan Gerindra,” kata Ratno, dalam siaran persnya, Senin (28/11/2022).