Sabtu 24 Dec 2022 01:00 WIB

Rektor UIII: Politik Cenderung Jadi Penyebab Radikalisme

Alasan agama muncul setelah alasan lainnya, seperti rasa ketidakpuasan, kemarahan.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof Komarudin Hidayat.
Foto: Dok Setneg
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof Komarudin Hidayat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Komarudin Hidayat mengatakan, semakin banyak ilmuwan, peneliti, dan sejarawan yang mulai menyadari penyebab utama radikalisme-terorisme lebih ke politik, ekonomi, hukum, dan sosial budaya. Alasan agama muncul setelah alasan lainnya, seperti rasa ketidakpuasan, kemarahan, dan ketidakseimbangan kelompok. 

"Banyak yang mulai menyadari bahwa penyebab utama aksi radikalisme-terorisme lebih kepada politik, ekonomi, hukum, dan sosial-budaya," kata Prof Komarudin dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema "Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia", dipantau dari Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Baca Juga

Meski harus juga diakui, di kalangan umat beragama, ada perbedaan dalam hal radikalisme karena menyangkut keyakinan. 

Sementara, pemerhati isu-isu strategis dan politik global Prof Imron Cotan menilai, banyaknya informasi tersebar di ranah maya menciptakan paradoks pilihan. Dalam situasi demikian, arus informasi yang tak tersaring membuat orang kebingungan, sehingga mudah terdorong dengan sendirinya pada ajaran-ajaran radikal atau self-radicalization.

"Hukum mencari pasti mendapatkan. Jadi kalau seseorang mencari hukum yang membenarkan radikalisme-terorisme dalam hutan informasi di dunia maya, yang bersangkutan pasti memperolehnya," kata Imron.

Kendati begitu, kini makin banyak tokoh utama motor radikalisme-terorisme yang telah tewas dinegasikan oleh negara-negara maju, utamanya Amerika Serikat. Hal ini, kata Imron, berimplikasi terhadap mengecilnya aksi radikalisme-terorisme.

"Kita harus memerangi kebodohan dan kemiskinan agar memutus gerakan radikalisme-terorisme, sehingga menyadarkan masyarakat bahwa sebetulnya gerakan sempalan tersebut tidak relevan dengan tujuan berdirinya NKRI," kata Imron.

Direktur Moya Institute Hery Sucipto menyebutkan, ancaman radikalisme-terorisme tidak akan pernah hilang seiring dinamika politik global. Fakta-fakta kemunculan radikalisme-terorisme tetap harus mendapat perhatian khusus untuk ditumpas tuntas.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement