Rabu 21 Dec 2022 19:10 WIB

BMKG Prakirakan Hampir Seluruh Indonesia Hujan Lebat Saat Natal dan Tahun Baru

BMKG meminta pemerintah dan masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus raharjo
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan paparan dalam Refleksi Bencana 2019 dan Proyeksi Bencana 2020 di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (30/12/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan paparan dalam Refleksi Bencana 2019 dan Proyeksi Bencana 2020 di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (30/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat selama periode Natal dan Tahun Baru 2023. Kepala BMKG, Dwikorita mengatakan peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer.

Di antaranya, peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan. Selain itu, kata dia, meningkatnya intensitas seruak dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan. Serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Baca Juga

Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia. Hal ini dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi. Termasuk juga peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

"Dan yang keempat, terpantaunya beberapa aktifitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial, kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur," tutur Dwikorita, dalam keterangan BMKG, Rabu (21/12/2022).

Dwikorita menambahkan, selain hujan lebat kompleksnya dinamika atmosfer berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode 21-27 Desember 2022.

Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai antara lain, kategori Tinggi Gelombang 2,5-4,0 meter di Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Nias, Perairan Kep. Mentawai, Perairan Barat Enggano Hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra, Selat Sunda, Perairan Selatan Jawa, hingga NTB.

Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur, Hingga NTB, Perairan Anambas-Natuna, Perairan Subi-Serasan, Laut Jawa Bagian Tengah Dan Timur, Laut Sulawesi Bagain Tengah dan Timur, Perairan Utara Sulawesi, Perairan Kep Sitaro Bagian Barat, Perairan Kep Sangihe dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera, hingga Papua Barat.

"Kemudian kategori Tinggi Gelombang 4,0-6,0 meter di Laut Natuna Utara, Samudra Hindia, Selatan Jawa Barat dan Tengah," ujarnya.

Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat untuk terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Menurutnya, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.

"Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapi risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas serta menguatkan tegakkan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang," ujarnya.

Pemerintah Daerah, kata Dwikorita, perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

"Perlu juga digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement