REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto berpendapat untuk menjadi pemimpin bangsa maka seseorang butuh menempuh jalan intelektual, seperti membaca buku, berdialektika di dalam alam pikir, dan memanfaatkan pengetahuan untuk menyelesaikan persoalan bangsa.
"Tak ada pemimpin bangsa mendesain masa depan diri dan bangsanya tanpa terlebih dahulu membaca buku, berdialektika dalam alam pikir, membenturkan dengan persoalan bangsa, dan membangun daya imajinasi masa depan," kata Hasto sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dia sampaikan dalam acara Bedah Buku "Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta" karya 23 rektor dan guru besar yang tergabung dalam Asosiasi Rektor Merah Putih di Universitas Terbuka Convention Center, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu.
Hasto menyampaikan pentingnya menempuh jalan intelektual itu merupakan salah satu pesan yang dimuat dalam Buku "Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta" dan sejalan dengan tradisi intelektual Presiden dan Wakil Presiden Pertama IndonesiaSoekarno dan Moh Hatta.
Dengan membaca dan mempelajari berbagai buku, kata dia, Soekarno-Hatta mampu menghadapi jalan terjal dan berliku sebelum ataupun saat menjadi pemimpin bangsa, seperti dipenjara atau diasingkan. Kekuatan mereka berasal dari kemampuan melihat masa depan akibat pembelajaran mendalam atas sejarah bangsa dan pergerakan dunia bergerak yang dijelaskan dalam buku-buku.
Selain menyoroti pentingnya jalan intelektual bagi pemimpin, Hasto menilai buku karya Asosiasi Rektor Merah Putih itu dapat membangun semangat pembaca untuk membedah persoalan hidup dengan ilmu.