Senin 12 Dec 2022 17:06 WIB

Kinerja Positif Ekonomi Nasional Ditopang Program Vaksinasi Covid-19

Epidemiolog mendorong vaksinasi booster terus digencarkan jelang periode Nataru.

Vaksinator menyiapkan vaksin Covid-19 saat pelaksanaan vaksinasi dosis keempat (booster kedua) di Rumah Sakit Mata Cicendo, Jalan Cicendo, Sumur Bandung, Kota Bandung. Keberhasilan program vaksinasi Covid-19 dinilai ekonom mendorong kinerja positif ekonomi nasional. (ilustrasi)
Foto:

Pada awal bulan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, perekonomian nasional saat ini masih tumbuh cukup kuat dan menunjukkan tren pemulihan yang positif. Pertumbuhan ekonomi nasional pun di atas 5 persen selama lima triwulan berturut-turut, bahkan pada triwulan ketiga mencapai 5,72 persen (yoy).

“Perekonomian nasional Indonesia saat ini masih di dalam tren pemulihan positif yang tumbuh cukup kuat, yaitu tumbuh di atas 5 persen selama 5 triwulan berturut-turut,” kata Sri Mulyani, awal Desember.

Lebih lanjut, Menkeu mengatakan inflasi nasional juga relatif moderat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, yakni di level 5,71 persen pada Oktober. Angka ini menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar 5,99 persen.

Sementara neraca perdagangan mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut dan indeks PMI tetap menunjukkan ekspansif dalam 14 bulan terakhir. “Dengan capaian ini memang APBN bekerja luar biasa keras,” lanjutnya.

Menurutnya, defisit APBN 2022 diperkirakan akan menurun seiring dengan perekonomian yang mulai membaik pasca pandemi Covid-19. Defisit APBN 2022 ini diperkirakan akan menjadi Rp 598 triliun, sedangkan belanja APBN 2022 sebesar Rp 3.106,4 triliun.

Kondisi ini, kata dia, menggambarkan bahwa dalam 3 tahun ini, Indonesia berhasil mengendalikan pandemi Covid-19, melindungi masyarakat dan perekonomian, serta APBN secara bertahap juga mulai disehatkan kembali.

Sebelumnya, kata Menkeu, pada 2020 belanja negara mencapai lebih dari Rp 2.595,5 triliun, dengan defisit yang melonjak akibat pandemi mencapai Rp 947,7 triliun. Karena itu, pada 2021 belanja meningkat menjadi Rp 2.786,4 triliun, namun defisit menurun tajam ke Rp 775,1.

“Itu menandakan Covid mulai bisa dikelola dan perekonomian mulai bangkit,” kata dia.

Agar pandemi Covid-19 tetap terkendali, pakar keamanan dan ketahanan kesehatan dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, vaksinasi dosis penguat atau booster bagi pelaku perjalanan libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 menjadi mitigasi yang penting diterapkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.

"Kalau saat Natal dan Tahun Baru nanti tidak melakukan upaya mitigasi dengan memastikan orang beraktivitas adalah yang telah mendapatkan booster, itu akan sangat berisiko," kata Dicky, pekan lalu.

Dicky yang juga seorang epidemiolog itu mengemukakan situasi pandemi di Indonesia sedang memasuki era mix variant dengan kemunculan Subvarian Omicron XBB, BQ.1, BA.5, dan yang terbaru adalah BN.1. Ia mengatakan, varian tersebut dapat memicu kemunculan jenis baru yang lebih ganas saat terjadi percampuran dalam inang di tubuh manusia.

Situasi itu berpotensi melahirkan varian super yang ditandai dengan kemampuan memicu gejala yang lebih berat serta menghindar dari imunitas tubuh.

"Akhir dari pandemi sebenarnya sudah terlihat bisa dicabut di triwulan pertama tahun depan, dengan catatan tidak ada varian atau subvarian yang super," katanya.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sedang mengamati pola subvarian Omicron B.N1 terbaru tersebut. Apalagi, sebentar lagi ada perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil (sampel) 16 September 2022," ujar Nadia di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

 

photo
Vaksin booster kedua untuk lansia. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement