Jumat 09 Dec 2022 18:54 WIB

Ditemukan Kasus Subvarian BN.1 di Indonesia, Epidemiolog Sebut Lebih Menular

Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dinilai masih efektif melawan subvarian BN.1.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Petugas memperlihatkan Vaksin Zifivax pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) DKI Jakarta di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (28/11/2022). Kemenkes telah mengonfirmasi ditemukannya subvarian baru Omicron BN.1 di Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas memperlihatkan Vaksin Zifivax pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) DKI Jakarta di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (28/11/2022). Kemenkes telah mengonfirmasi ditemukannya subvarian baru Omicron BN.1 di Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengaku sebelumnya sudah memperingatkan munculnya subvarian omicron BN.1 di Indonesia. Subvarian ini, menurutnya lebih cepat menular.

"Sejak pertengahan november 2022 lalu saya sudah ingatkan bahwa BN.1 berpotensi turut berkontribusi dalam peningkatan kasus Covid-19 (di Indonesia) yang memang ada campuran varian dan subvarian. Jadi, tidak hanya didominasi satu varian atau subvarian saja," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Selain subvarian XBB, Dicky mengaku sudah ingatkan BN.1 juga bisa berkontribusi. Terkait gejala subvarian ini, Dicky menjelaskan sebenarnya sama. 

"Tetapi BN.1 ini lebih cepat menular, karena dia lebih mudah terikat pada reseptor ACE2. Ini juga lebih mampu mengelak imunitas," katanya.

Namun, dia melanjutkan, pada orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) mengalami gejala ringan atau bahkan tidak bergejala. Kendati demikian, dia mengingatkan ketika mitigasi kurang dan upaya pencegahan kurang maka infeksi dan reinfeksi yang terjadi akan membuat virus ini mudah bereplikasi dan juga bermutasi.

Ia menambahkan, yang dikhawatirkan adalah mutasi ini melahirkan varian atau sub varian yang super. Artinya ini bisa berpotensi menyebabkan keparahan karena lahir varian atau subvarian super. 

"Ini yang harus dicegah dan ini yang harus dihindari," ujarnya. 

Terkait kemampuan vaksin Covid-19 dalam menghadapi varian ini, Dicky menilai sejauh ini relatif cukup efektif. Kendati demikian, ia mengingatkan ada potensi vaksin Covid-19 dalam mencegah orang tidak terinfeksi dan mencegah supaya tidak terjadi penularan semakin menurun. 

Sebelumnya, mutasi virus corona penyebab Covid-19 terus berlangsung. Belum selesai subvarian XBB yang disebut menular cepat, kini muncul lagi subvarian Omicron BN.1.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sedang mengamati pola subvarian omicron terbaru tersebut. Apalagi, sebentar lagi ada perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN.1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil (sampel) 16 September 2022," ujar Nadia di Jakarta, Kamis (8/12/2022). 

 

photo
Karakteristik subvarian XBB. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement