Jumat 09 Dec 2022 18:40 WIB

Kasus Subvarian BN.1 Ditemukan, Epidemiolog Ingatkan Mitigasi Jelang Nataru

Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus Covid-19 dari subvarian BN.1.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Sejumlah warga memadati Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, pada akhir November lalu. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa peningakatan kasus konfrimasi COVID-19 disebabkan oleh munculnya subvarian baru dan menghimbau masyarakat  untuk memperketat protokol kesehatannya serta vaksin boster. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Sejumlah warga memadati Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, pada akhir November lalu. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa peningakatan kasus konfrimasi COVID-19 disebabkan oleh munculnya subvarian baru dan menghimbau masyarakat untuk memperketat protokol kesehatannya serta vaksin boster. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan adanya mitigasi Covid-19 di Indonesia menjelang libur Natal dan Tahun Baru (nataru) pada akhir Desember 2022 nanti. Tak adanya mitigasi selama liburan nataru bisa memunculkan risiko tinggi penularan Covid-19.

"Kalau saat Natal, Tahun Baru kita tidak melakukan mitigasi, di antaranya memastikan bahwa orang yang beraktivitas sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) maka ini yang akan berisiko," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Dicky mengingatkan, Indonesia bisa berkontribusi pada perburukan situasi pandemi dengan melahirkan subvarian super yang melebihi dari varian dan subvarian yang ada saat ini. Terkait ditemukannya puluhan subvarian baru Omicron BN.1, ia menjelaskan kasusnya ditemukan di Jakarta dan ini tidak aneh.

Sebab, Jakarta adalah barometer kemampuan dalam mendeteksi kasus surveillans genomik di atas daerah lainnya. Artinya, Dicky mengingatkan ini bukan berarti yang terjadi di Jakarta tidak terjadi di daerah lain. 

"Sangat mungkin kalau terjadi di daerah lain. Tetapi ini kan berbicara deteksi," ujarnya.

Untuk mengatasi masalah ini menjelang nataru, Dicky merekomendasikan peningkatan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Menurutnya, PPKM level 2 sudah cukup. Tak hanya itu, ia menyarankan adanya upaya meningkatkan modal imunitas dengan pemberian booster, terutama pada orang yang beraktivitas.

Menurutnya, ini penting untuk dilakukan. Terkait kemampuan vaksin Covid-19 saat ini, ia mengakui tetap efektif apapun subvariannya saat ini, termasuk BN.1. 

"Namun, kita tidak tahu kalau nanti lahir sub varian baru atau varian baru yang lebih super untuk menurunkan efektivitas vaksin. Itu tentu merepotkan dan jadi musibah," katanya.

Sebenarnya, Dicky mengaku melihat akhir pandemi bisa terjadi dan statusnya bisa dicabut di triwulan pertama tahun depan. Namun, dia melanjutkan, catatannya tidak ada varian atau sub varian super.

Sebelumnya, mutasi virus corona penyebab Covid-19 terus berlangsung. Belum selesai subvarian XBB yang disebut menular cepat, kini muncul lagi subvarian Omicron BN.1.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes sedang mengamati pola subvarian Omicron terbaru tersebut. Apalagi, sebentar lagi ada perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Di Indonesia, sudah terdapat 20 kasus BN.1 dengan kasus pertama dilaporkan dari Kepulauan Riau dengan tanggal ambil (sampel) 16 September 2022," ujar Nadia di Jakarta, Kamis (8/12/2022). 

 

photo
Subvarian Omicron BA.2.75 - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement