REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sudikno mengatakan mengontrol pola makan dan berolahraga dapat mengurangi risiko sindrom metabolik. Sindrom metabolik dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan obesitas.
"Untuk mengurangi risiko sindrom metabolik, masyarakat harus menjalankan pola hidup sehat, mengontrol pola makan dan olahraga," kata Sudikno dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Salah satu faktor risiko sindrom metabolik adalah meningkatnya massa lemak dan distribusi lemak dalam tubuh.
Sudikno menuturkan setiap individu diharapkan memperhatikan asupan gizi dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Untuk menunjang aktivitas fisik, pemerintah dapat menyediakan sarana umum yang memadai, yaitu pedestrian, tata kota yang baik, ruang hijau dan penerapan aturan pembatasan kandungan garam, gula dan lemak untuk makanan di restoran.
Selain mengatur pola makan, peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Nazarina mengatakan masyarakat juga perlu mengubah perilaku makan. Perilaku makan yang benar harus dibentuk sedini mungkin. Perilaku makan dipengaruhi oleh sejumlah faktor di antaranya pendidikan gizi, fisiologi dan pengalaman makan, person related determinant, lingkungan, fisik eksternal, psikologis, biologis, obesitas dan tidur.
Ia menuturkan waktu tidur sangat mempengaruhi perilaku makan karena semakin sedikit waktu tidur, peluang makan akan semakin besar. Berbeda apabila tidurnya mencukupi maka keinginan makan pun menurun, karena dipengaruhi hormon melatonin.