Sabtu 26 Nov 2022 16:14 WIB

Pengamat: Jokowi Mainkan Peran King Maker dan Kode Kandidat Capres ke Ganjar

Jokowi secara eksplisit merestui calon pemimpin di 2024 yang memikirkan rakyat.

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri acara Gerakan Nusantara Bersatu: Satu Komando Untuk Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022). Gerakan Nusantara Bersatu dari berbagai elemen relawan Jokowi itu untuk menyelaraskan persepsi barisan satu komando di bawah arahan Presiden Joko Widodo. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri acara Gerakan Nusantara Bersatu: Satu Komando Untuk Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022). Gerakan Nusantara Bersatu dari berbagai elemen relawan Jokowi itu untuk menyelaraskan persepsi barisan satu komando di bawah arahan Presiden Joko Widodo. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, Jokowi Jokowi mulai memposisikan dirinya sebagai King Maker. Hal itu ditunjukkan ketika acara konsolidasi relawan Jokowi yang diadakan oleh "Nusantara Bersatu" pada Sabtu (26/11/2022) di Gelora Bung Karno (GBK).

Di acara yang dihadiri puluhan ribu massa relawan ini, menurut Agung, Jokowi secara eksplisit merestui calon pemimpin di 2024 yang ciri-cirinya ia anggap lebih memikirkan rakyat, seperti wajah kerutan dan rambut putih. Dan karakter tersebut, dia menilai, identik dengan Ganjar Pranowo.

"Artinya, dari ketiga kandidat capres terkuat yang kini bertengger di peringkat teratas, yakni Ganjar, Prabowo, dan Anies, hanya Ganjar-lah yang memiliki penampakan rambut putih mencolok," kata Agung menanggapi pesan Jokowi tersebut, Sabtu (26/11/2022).

Menurut dia, sinyal kuat Presiden Jokowi untuk Ganjar ini bukan pertama kalinya setelah beberapa waktu yang lalu dalam acara Projo, 20 Mei 2022 lalu, Gubernur Jawa Tengah tersebut diundang langsung. Di situ Jokowi menyebut, bahwa yang diundang dalam acara tersebut (baca: Ganjar), mungkin yang didukung dalam Pilpres.

Di luar itu, dukungan Jokowi kepada Ganjar menjadi wajar karena keduanya kader tulen PDIP. Bedanya, kini Presiden Jokowi tak bisa maju lagi, sementara Ganjar unggul dibanding capres-capres lain sebagaimana Jokowi masih berstatus capres dahulu kala.

"Di titik inilah, dukungan Presiden Jokowi semakin logis karena peluang menang Ganjar sementara ini membesar kecuali ada situasi luar biasa yang membuat Ganjar tak bisa maju ke arena Pilpres," katanya.

Menurut Agung, dukungan Presiden Jokowi kepada Ganjar sedikit-banyak memberikan efek bagi peta capres. Karena suka atau tidak Presiden Jokowi masih memiliki magnet elektoral. 

Perihal ini terkonfirmasi dalam survei litbang Kompas periode 24 September - 7 Oktober 2022, (dengan margin of error +/- 3 persen) karena Capres yang didukung oleh Presiden Jokowi memberi pengaruh bagi pemilih 15.1 persen.

"Raihan angka ini tentu penting bila kelak kompetisi Pilpres berlangsung kompetitif. Sekaligus semakin menguatkan posisi tawar Presiden Jokowi sebagai salah satu King Maker," ujar Agung.

Walaupun, dia mengakui, angka dukungan tadi beririsan dengan pemilih yang sejak awal sudah melabuhkan pilihannya kepada Ganjar yang terekam dalam beragam temuan lembaga survei. Akhirnya, dalam dinamika politik elektoral yang bergerak dinamis semacam ini, secara obyektif menghadirkan realitas politik temporer.

Pertama, peran king maker Presiden Jokowi tereduksi ketika mendukung Ganjar secara terbuka. "Ini bisa merugikan karena, di internal PDIP nasib pencapresan Ganjar belum pasti, menimbang solidnya dukungan atas Puan," sebutnya.

Seharusnya, menurut dia, ada arahan strategis Presiden perlu menginvestasikan kekuasaannya ke banyak poros. Tujuannya agar kepastian program/kebijakan mercusuarnya tetap dilanjutkan oleh para capres yang maju di luar Ganjar.

Kedua, menurut dia, bagi Ganjar dan relawan pendukungnya, dukungan Presiden Jokowi ini semakin memantapkan langkah untuk semakin serius menapaki jalan ke gelanggang 2024. karena ini bisa menjadi pertanda bahwa mungkin restu Ketua Umum PDIP, Megawati telah seirama dengan Jokowi.

Walaupun bisa menjadi kode sebaliknya bahwa Presiden Jokowi berbeda pilihan dengan Megawati. "Di tahap ini maka perlu segera diturunkan sekoci politik bagi Ganjar agar tetap bisa maju melalui koalisi lain di luar PDIP," ujarnya.

Ketiga, untuk PDIP, dukungan Presiden Jokowi ini semakin menekan Ketua Umum PDIP, Megawati untuk segera memutuskan siapa capres pilihannya. Karena bila terlalu lama, bisa jadi partai berlambang banteng ini akan terbelah karena Ganjar maju lewat koalisi lain atas arahan Jokowi, sementara Puan bersama PDIP.

"Jika sudah demikian, target hattrick dalam Pileg dan Pilpres semakin jauh untuk dicapai," imbuhnya.

Keempat, bagi Koalisi di luar PDIP, ini saatnya untuk memilih capres atau cawapres yang memiliki elektabilitas atau punya kans menang, menimbang Ganjar dan dukungan solid Presiden Jokowi berpotensi unggul di 2024 nanti. 

"Artinya, jangan sampai memilih capres atau cawapres yang hanya sekedar melengkapi syarat presidential threshold," ucap Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement