Kamis 24 Nov 2022 07:18 WIB

Wapres Sampaikan Kriteria Pemimpin yang Dibutuhkan Indonesia di Depan Ganjar

Indonesia perlu pemimpin yang transformatif, visioner dan inovatif .

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Presiden Maruf Amin didampi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka Muktamar Nasional ke-41 Al Irsyad Al Islamiyyah di Hotel Java Heritage, Sokanegara, Purwokerto, Rabu (23/11).
Foto: BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin didampi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka Muktamar Nasional ke-41 Al Irsyad Al Islamiyyah di Hotel Java Heritage, Sokanegara, Purwokerto, Rabu (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin secara resmi membuka Muktamar Nasional ke-41 Al Irsyad Al Islamiyyah di Hotel Java Heritage, Sokanegara, Purwokerto, Rabu (23/11/2022). Dalam acara yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu, Ma'ruf menyinggung kriteria pemimpin yang dibutuhkan bangsa Indonesia.

Khususnya untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 mendatang. "Kita perlu pemimpin yang transformatif, visioner dan inovatif sehingga tujuan kita itu akan bisa tercapai dengan cepat, InsyaAllah," ujar Ma'ruf dalam sambutannya.

Baca Juga

Dia mengatakan, Indonesia dalam 23 tahun mendatang diharapkan mencapai cita-cita kemajuan, pembangunan, pemerataan dan keadilan. Karenanya, diperlukan sumber daya manusia unggul. Sebab kata Ma'ruf, SDM unggul ini dibutukan untuk mengelola kekayaan sumber daya alam di Indonesia.

"Kuncinya adalah sumber daya manusia yang unggul dan sumber daya manusia yang unggul itu melalui pendidikan. Dan Al Irsyad sudah lama melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia yang unggul," katanya.

Ciri-ciri SDM unggul yang dibutuhkan saat ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, penguasaan Iptek menjadi bagian penting saat ini.

Di samping itu, Ma'ruf juga berharap Al Irsyad melahirkan SDM yang sekaligus menguasai agama. Jadi, lanjut Ma'ruf, selain penguasaan Iptek, dibutuhkan juga SDM yang menguasai agama.

Sebab, Al Irsyad yang dikenal giat melakukan tajdid (gerakan pembaruan, Red) dalam dakwahnya membutuhkan orang yang menguasai agama (al-muttafaqihina fiddin).

"Apalagi melakukan tajdid-tajdid itu, tidak ada tajdid kecuali melalui ijtihad dan tidak bisa ber-ijtihad al-muttafaqihina fiddin kecuali yang bisa berijtihad itu orang yang betul-betul paham agama," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement