Senin 21 Nov 2022 20:29 WIB

Seminar Pancasila Bahas G20 Bali Berhasil Bawa Pancasila untuk Dunia

Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai nilai yang mendamaikan dan menyatukan

BPIP menyelenggarakan kembali Seminar Pancasila Series 5, Senin (21/11/2022) sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila di tahun 2022.
Foto: BPIP
BPIP menyelenggarakan kembali Seminar Pancasila Series 5, Senin (21/11/2022) sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila di tahun 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Setelah suskes menyelenggarakan Seminar Pancasila Series 1 sampai 4, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan kembali Seminar Pancasila Series 5, Senin (21/11/2022) sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian Seminar Pancasila di tahun 2022. Menggandeng Kompas TV, Seminar Pancasila ini diisi oleh lima narasumber yakni Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala, Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI Brigjend TNI Heru Langlang Buana, penulis buku Pancasila dari Indonesia untuk Dunia Bernada Rurit, dan Puteri Indonesia 2022 Laksmi De Neefe Suardana.

Hadir pula secara daring langsung dari Jenewa Diplomat RI sekaligus Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Nara Masista Rakhmatia. Menyambut momentum G20, Seminar Pancasila Series 5 yang diselenggarakan di Universitas Udayana, Bali ini mengambil tema “Pancasila, Inspirasi Dunia untuk Kesejahteraan dan Perdamaian”.

Baca Juga

Dalam sambutan pembukaan, Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayor Jendral TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya menuturkan tema tersebut sejalan dengan semangat yang ingin diciptakan Indonesia dalam G20 beberapa waktu yang lalu. “Presiden Joko Widodo telah menyerukan, hentikan peperangan demi mewujudkan perdamaian dunia. Ini sangat menguatkan nilai-nilai Pancasila untuk dunia,” ungkapnya. 

Diskusi yang dipandu moderator Presenter Kompas TV Frisca Clarisa ini berjalan dinamis dengan materi diskusi yang menggugah semangat kebangsaan dalam bingkai narasi Pancasila. Ditaya Frisca apakah G20 memainkan diplomasi Pancasila, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala menjelaskan tiga tataran tolok ukur keberhasilan diplomasi Pancasila dalam Presidensi G20 yakni tataran negara, substansi, dan masyarakat. 

Dalam tataran negara, Djumala menjelaskan perhelatan akbar G20 berhasil mempertemukan dua pihak yang sedang berseteru dengan berdialog. “Peran Pak Jokowi dan Ibu Menlu Retno mulanya dianggap sulit sekali. Bayangkan saja, orang yang lagi berantem dipertemukan. Tapi Bu Menlu berhasil mempertemukan Menlu AS dan Rusia dalam satu ruangan. Tangible result-nya, transformasi energi yang disepakati. Nggak gampang. Bagaimana mempertemukan mereka, duduk bareng, dan menghasilkan bukan hanya deklarasi, tapi tangible result (aksi nyata),” tutur Djumala. 

Lebih lanjut Djumala menjelaskan dalam tataran substansi, G20 berhasil membangun ekosistem kesehatan dengan adanya Pandemic Fund atau dana pandemi yang ditujukan kepada negara-negara berkembang dan negara-negara yang sifatnya low income country untuk kewaspadaan terhadap ancaman pandemi pada masa mendatang. “Kemudian transformasi ekonomi digital untuk UKM. Itu adalah keadilan sosial. Aura Pancasila dipancarkan dalam G20,” ungkap Djumala. 

Sementara dalam tataran masyarakat,ada suatu inspirasi nilai ketika Pandemic Fund diarahkan kepada negara-negara yang mengalami akses keterbatasan. “Jadi, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dipancarkan dalam G20,” tambah Djumala.

Dubes LBBP RI untuk Republik Polandia Ke-15 dan Dubes LBBP RI untuk Republik Austria merangkap Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) Ke-19 ini menambahkan, Indonesia tidak bisa menyelesaikan masalah konflik dunia sendiri. Namun Indonesia memiliki kepercayaan sebagai bangsa penengah atau bridge builder.

“Jadi ketika ada masalah atau konflik, Indonesia tidak melihat dari untung rugi. Tapi berdasarkan titah konstitusi. Dari situ Indonesia dipercaya,” ungkap Djumala.

Dia menekankan peran generasi muda perlu dikedepankan untuk menarasikan Pancasila dalam bentuk diskusi, tulisan, maupun publikasi. “Generasi muda kadang-kadang tidak sadar yang dilakukan itu nilai-nilai Pancasila karena Pancasila sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sekarang menjadi tantangan generasi muda, apa yang kita lakukan harus dinarasikan dan dikembangkan. Saat ini kita menghadapi kegagalan narasi. Nggak diomongin, nggak di halo-halo. Lawan itu yang namanya narative failure dengan menarasikan Pancasila,” pungkas Djumala.

Sejalan dengan Djumala, Puteri Indonesia 2022 Laksmi De Neefe Suardana sepakat untuk membangun kesadaran pentingnya literasi bagi generasi muda. Gadis Ubud yang akan mewakili Indonesia pada ajang Miss Universe ini berkomitmen membangun kualitas literasi anak muda Indonesia dengan mendorong anak muda untuk gemar membaca, menulis, dan bersastra. 

“Literasi anak muda penting untuk Pancasila. Kalau kita bisa mengembangkan kualitas literasi anak-anak muda, kita bisa mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya hapal Pancasila dalam ucapan,” tutur Laksmi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement