Sabtu 19 Nov 2022 08:31 WIB

Gubernur Bali Kritik Mahasiswa Papua Demo Saat KTT G20

Mengapa orang dari luar datang buat demo yang tidak ada kepentingannya dengan Bali?

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Gubernur Bali, I Wayan Koster.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Gubernur Bali, I Wayan Koster.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali, I Wayan Koster mengatakan, aksi demonstrasi yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di tengah penyelenggaraan puncak KTT G20 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, bukan tindakan yang bijak Koster menegaskan, jangan ada lagi yang melakukan aksi demonstrasi di Pulau Dewata apabila tak ada kaitannya dengan Bali.

Dia mempersilakan aksi itu di wilayah terkait. "Jangan cederai citra masyarakat Bali yang begitu loyal mendukung berbagai event internasional di Bali, tapi ini dinodai oleh sekelompok masyarakat kecil dari luar, saya kira itu bukan tindakan yang bijak," kata Koster saat konferensi pers pasca-G20 di Jayasabha, Kota Denpasar, Jumat (18/11/2022).

Politikus PDIP itu menuturkan, aksi yang dilakukan AMP di Jalan Tukad Yeh Aya, Renon, Kota Denpasar, pada Rabu (16/11/2022), berhasil dihalau masyarakat. Tujuannya agar mereka tak melakukan demonstrasi di tengah gelaran G20.

"Masyarakat Bali itu sangat ramah karena menyadari bahwa itu merupakan sumber kehidupannya, mengapa orang dari luar datang membuat demo yang tidak ada kepentingannya dengan Bali? Silakan jangan di sini karena masyarakat Bali sangat terhormat dan bermartabat," ujar Koster.

Sebelum berlangsung puncak G20 pada 15-16 November 2022, seluruh kebijakan diluncurkan Pemprov Bali untuk menghindarkan masyarakat dari kerumunan. Imbauan dari desa adat agar masyarakat menahan aspirasi demi menjaga citra Bali juga terus dilakukan.

Namun, aksi demonstrasi yang berlangsung bersamaan dengan agenda penanaman mangrove pimpinan delegasi tak dapat dihindarkan. Meskipun di lokasi berbeda, aksi mahasiswa yang menolak G20 dan meminta Papua merdeka itu menyorot perhatian.

Jero Bendesa Adat Renon, I Wayan Suarta mengatakan, ia bertanggung jawab dengan keamanan dan memberikan perlindungan terhadap mahasiswa asal Papua yang ada di wilayah Desa Adat Renon. "Kami terbuka terhadap siapa pun yang datang ke wilayah kami dan tinggal di wilayah Desa Adat Renon, dan kami berkomitmen untuk menyerahkan permasalahan ini kepada pihak berwajib untuk ditindaklanjuti," kata Suarta.

Bahkan, dalam aksi tersebut, bendesa adat mengaku telah menjembatani mediasi dengan AMP serta mengimbau warga sekitar agar tidak terprovokasi dan berujung melanggar hukum atau mengganggu keamanan di tengah G20 saat itu. Akhirnya, demo itu mampu dicegat warga dan aparat hingga mahasiswa tak sampai menganggu jalannya kegiatan G20.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement