REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengajak masyarakat Indonesia untuk memaknai perayaan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November ini dengan menghargai dan meneruskan perjuangan para pahlawan.
Acara Dialog Forum Publik dengan tema "Mengenal Pahlawan Masa Kini dan Perjuangannya" dibawakan di TVRI Jawa Barat, dengan narasumber Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP) dan Kartika (Sejarahwati Universitas Padjajaran) dengan moderator dan pembawa acara Hilmi Azizi (dari BPIP), hari Kamis (10/11/2022). Dialog ini adalah hasil kerja sama BPIP dengan TVRI Jawa Barat.
Benny, sapaan akrab Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut, menyatakan peringatan Hari Pahlawan ini merupakan waktu yang tepat untuk memaknai perjuangan para pahlawan tersebut. "Mari kita ingat, kita merdeka sekarang ini, berkat jasa pahlawan kita yang berkorban untuk memerdekakan anak bangsa kita, sehingga kita hidup dengan bebas," ujarnya, dalam siaran pers.
"Karena jika bukan tanpa mereka, kita tidak akan merdeka," tambahnya.
Dia pun menyoroti pemikiran Soekarno yang mendorong Konferensi Asia-Afrika sebagai balance of power sewaktu perang dingin. "Konferensi Asia Afrika ini menciptakan keseimbangan. Artinya, bangsa-bangsa bersatu, menciptakan suatu poros kekuatan baru, menyeimbangkan blok barat dan blok timur. Seperti sekarang, G20, dimana Indonesia sebagai Presiden-nya, dan disoroti sebagai penjaga perdamaian dunia di tengah ketidakpastian ini," imbuhnya.
"Oleh karena itu, dengan mendukung suksesnya G20, itu juga merupakan bentuk sikap kepahlawanan," kata salah satu rohaniwan Katolik ini.
Benny juga menyatakan bahwa anak muda dapat meneruskan perjuangan para pahlawan lewat sosial media. "Saat ini perang dengan media sosial, artinya perang teknologi. Gunakan media sosial untuk menumbuhkan perasaan cinta dan bangga terhadap kekuatan lokal Indonesia. Itulah mewarisi api perjuangan, bukan hanya abunya," katanya.
Kartika, sejarahwati dari Universitas Padjajaran pun menambahkan bahwa Kota Bandung adalah pusat intelektual dan budaya, serta tempat lahirnya semangat kemerdekaan. "Bung Karno belajar di Bandung dan memulai perjuangannya di Bandung, salah satunya lewat pledoinya, Indonesia Menggugat, yang dibacakannya pada tanggal 18 Agustus 1930," jelasnya.
Menurutnya, salah satu tindakan anak muda untuk menjadi role model atau pahlawan masa kini adalah mencintai budaya lokal. "Seperti budaya bahasa Sunda yang sekarang sudah mulai ditinggalkan. Seharusnya anak muda bangga. Boleh saja belajar bahasa Inggris atau Korea, tetapi jangan meninggalkan bahasa, apalagi budaya, lokal dan bangsa Indonesia," katanya.
Para narasumber pun menutup bincang-bincang mereka dengan pemaknaan pahlawan masa kini. "Pahlawan adalah siapapun, yang merupakan orang yang memberikan hati dan pikirannya untuk kemajuan bangsanya. Menjadi disiplin, tepat waktu, dan rela berkorban, demi bangsa dan negara Indonesia," kata Benny.
Kartika pun menambahkan, siapapun yang bisa menjadi pahlawan bagi lingkungannya, menjadi bermanfaat. Misalnya membangun tempat lapangan kerja dengan mengangkat budaya dan kuliner lokal. Yang penting, bermanfaat bagi sesamanya bangsa Indonesia tanpa terkecuali.