REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof KH Yudian Wahyudi MA Phd menghadiri acara dialog kebangsaan "Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana dalam Perencanaan Pembangunan Nasional di Bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi Berdasarkan Haluan Ideologi Pancasila" di kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dalam menyambut Indonesia emas 2045 merupakan tujuan terbaik untuk generasi milenial dipersiapkan saat ini menjadi penerus bangsa dalam membumikan Pancasila.
Dalam sambutannya Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi mengatakan, Aceh merupakan sebagai serambi makkahnya Indonesia dikenal sebagai daerah yang kental dalam agama. Keterpaduan ilmu agama dan ilmu pengetahuan tersebut mampu melahirkan beberapa tokoh pemikir bangsa dan Islam, salah satunya adalah Prof Dr Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, seorang ulama, ahli fikih, tafsir Alquran dan hadis.
"Jadi beliau itu, adalah mantan Dekan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga yang juga pernah saya pimpin. Hasbi memiliki peran penting dalam mengenalkan “Fikih Indonesia” yang menekankan pentingnya pengambilan ketetapan fikih dari hasil ijtihad yang lebih sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Tujuannya agar Fikih tidak diperlakukan sebagai barang asing sekaligus antik," ujarnya saat membuka kegiatan Dialog Kebangsaan, Selasa (8/11/2022).
Mantan rektor UIN tersebut mengatakan, Aceh merupakan sebagai tiang penyangga Republik Indonesia dan gerbang masuk Indonesia telah mampu menjaga itu dengan baik hingga detik ini. "Perjuangan tersebut tidak boleh berhenti disitu, kehidupan terus berjalan dan peradaban manusia menjadi lebih dinamis yang mengharuskan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi globalisasi yang cepat dan luwes," paparnya.
Yudian menjelaskan, dalam menyambut generasi emas 2045, pemupukan dan internalisasi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kesejahteraan, dan keadilan harus terus dirawat terutama oleh anak-anak muda kita khususnya para agen terpelajar yang duduk di bangku universitas. Pancasila mengajarkan kita untuk memiliki sifat yang statis sekaligus dinamis.
Statis berarti kita harus tetap berpegang teguh kepada ideologi Pancasila. Sedangkan dinamis berarti kita dituntut untuk beradaptasi dengan budaya zaman.
"Jadi pemuda yang berkumpul pada pagi hari ini merupakan calon pemimpin bangsa yang harus memiliki karakter reflektif dalam membaca sejarah. Selain itu ia juga dituntut untuk memiliki pandangan yang luas terhadap ilmu pengetahuan dan tradisi, sehingga ia nantinya akan menjadi pemuda yang terpelajar dan moderat yang mampu menghargai budaya luar dengan tetap menjaga tradisi NKRI," ucapnya menjelaskan.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Dr Ir Marwan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan BPIP karna sudah percaya mengadakan acara dialog kebangsaan dilingkungan kampus serta memberikan arahan kepada mahasiswa. "Ini sudah beberapa kali bapak kepala BPIP berkunjung ke Universitas ini, dan saat ini juga bangsa Indonesia sedang membangun sumber daya manusia yang unggul untuk menyongsong Indonesia emas di tahun 2045," katanya.
Marwan mengaku, tidak hanya dalam bidang keahlian namun juga dalam hal ideologi bangsa juga saat ini sedang dalam pemupukan terhadap generasi muda saat ini. "Pancasila lahir dengan proses yang sangat panjang. Pancasila merupakan kesepakatan kita Bersama dalam membangun karakter bangsa kedepan," paparnya.
Dalam kegiatan ini, turut hadir Wakil Kepala BPIP RI Dr Drs Karjono SH MHum, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP RI Ir Prakoso MM, anggota DPR RI Dr Rieke Diah Pitaloka, Pj Walikota Banda Aceh H Bakri Shiddiq SE MSi.