Selasa 08 Nov 2022 17:22 WIB

Jangan Remehkan Tukang Parkir, Penghasilan Sebulannya Hampir Dua Kali Lipat UMR Jakarta

Penghasilan juru parkir dalam satu bulan bisa mencapai Rp4,5 juta sampai Rp7,5 juta.

Rep: mgrol141/ Red: Karta Raharja Ucu
Juru Parkir (ilustrasi).  Penghasilan juru parkir dalam satu bulan bisa mencapai Rp4,5 juta sampai Rp7,5 juta.
Foto: Antara
Juru Parkir (ilustrasi). Penghasilan juru parkir dalam satu bulan bisa mencapai Rp4,5 juta sampai Rp7,5 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernah kesal dengan tukang parkir atau juru parkir yang tiba-tiba datang dan menagih uang parkir ketika selesai berbelanja di minimarket? Mungkin uang yang dikumpulkan dari satu orang terbilang receh, antara Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 5.000 minimal untuk mobil. Tapi dari uang receh tersebut ternyata pendapatan "pendekar pluit" tersebut tidak main-main.

Republika.co.id mencoba menelusuri berapa pendapatkan tukang parkir di Depok dan Jakarta. Kami pun menemui Supartman (53 tahun) yang sudah enam tahun berprofesi sebagai juru parkir. Dari profesi yang dijalankannya, Supartman membesarkan tiga orang anak. Bahkan dari pendapatannya memarkirkan kendaraan, Supartman mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke perguruan tinggi negeri.

Supartman menjaga lahan parkir di pasar swalayan sektor Jakarta Selatan. Dalam satu hari ia mengaku mendapatkan sekitar Rp 150 ribu. Namun pendapatannya tersebut menurun karena biasanya ia bisa mendapatkan Rp 150 ribu dalam setengah hari. Jika dihitung kasar, dalam 30 hari bekerja Supartman mendapatkan Rp 4,5 juta. Jumlah ini bahkan nyaris mendekati UMR DKI Jakarta 2022 sebesar Rp 4.641.854

Supartman pun mengaku penghasilannya tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga. "Semenjak pemberlakuan ganjil genap penghasilan pun menurun biasanya setengah hari bisa dapat Rp150 ribu. Sekarang bisa sehari itu juga kalau ramai," kata dia.

Guna mendapatkan data yang lebih valid, Republika.co.id lalu menemui seorang juru parkir di sebuah pasar swawlayan di Depok. Saiful Anwar (43 tahun) namanya. Pria yang mengaku masih melajang tersebut sudah enam tahun bekerja sebagai juru parkir dan penghasilannya untuk hidup sehari-hari.

Saiful mendapatkan jatah jam kerja dari pukul 12.00-16.30 WIB. Penghasilannya pun sekitar Rp 80 ribu ketika ramai, dan Rp 40 ribu ketika sedang sepi.

Menjadi juru parkir pun membuatnya terkadang resah karena sering bersinggungan dengan sejumlah kelompok masyarakat atau ormas. "Pernah saya di usir pas lagi jaga. Tetapi karena saya warga sini saya dibantu oleh masyarakat setempat untuk tidak mengganggu dengan cara baik-baik," ujar dia.

Pendapatan serupa juga didapatkan Subani yang menjaga sebuah pasar swalayan di Depok. Pria 40 tahun ini sebenarnya adalah penjaga warung, tetapi ia melihat peluang lahan kosong untuk dijadikan tempat parkir. Kini genap 10 tahun ia menjadi penjaga parkir dengan rata-rata penghasilan Rp40 ribu sampai Rp70 ribu per hari.

"Bisanya saya gantian jaga parkirnya soalnya saya kan kaga warung juga nih jadi bagi-bagi rejeki lah untuk warga sekitar," kata Subani.

Jika Saiful dan Subani mendapatkan penghasilan di bawah Rp 100 ribu, lain lagi dengan Aderena (23 tahun) juru parkir yang sudah dua tahun bekerja di sebuah pasar swalayan di Jakarta. Penghasilannya tidak bisa dipandang remeh, karena dalam satu hari dia mendapatkan Rp 250 ribu.

Sebenarnya rata-rata pendapatannya setiap hari Rp 300 ribu. Tetapi Aderena harus mengeluarkan "pajak keamanan" Rp 50 ribu kepada ormas.

"Biasanya saya dapat Rp 300 ribu per harinya dan dipotong Rp 50 ribu untuk uang kas keamanan," kata Aderena. Dalam satu bulan atau 30 hari bekerja, Aderena mendapatkan penghasilan Rp 7,5 juta atau nyaris dua kali UMR Jakarta.

Hargailah Kami

Sebagai seorang juru parkir, Supartman memiliki keresahan sendiri. Ia berharap jika semua pengunjung bisa menghargai prosesi tukang parkir.

"Kadang orang mau kemana gitu markirnya disini mau lama mau bentar harganya sama, tapi hargain sedikit lah pekerjaan ini walaupun engga semulia pekerjaan orang-orang yang lain," kata Supartman.

"Terus juga kalau ditegur mereka pun punya power langsung viralin gitu. Padahal kita cuman ingetin yang kena entar toko yang kita jaga sama pekerjaan kita." kata Supartman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement