REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pertahanan Indonesia terus mengembangkan produk pelatihan dan simulasi berbasis virtual reality (VR) untuk militer. Dengan memanfaatkan teknologi VR, proses pelatihan diyakini menjadi lebih cepat dan efisien.
PT Falah Inovasi Teknologi, perusahaan lokal yang mengembangkan sistem pelatihan dan simulasi, memamerkan produk simulasi VR dan augmented reality mereka di perhelatan Indo Defence 2022, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (2/11/2022). Bekerja sama dengan perusahaan pertahanan asal Turki, Havelsan, Falah mengembangkan shooting simulator, parachute simulator, dan flight simulator.
"Kita sangat gembira dapat menjalin kerja dengan Havelsan karena mereka memiliki pengalaman yang panjang dan memiliki visi serta semangat yang sama terutama terkait pengembangan industri dan transfer of technology," kata Komisaris sekaligus CTO Falah, Deni Muslim dalam siaran pers, Rabu (2/11/2022)
Deni mengatakan, Havelsan adalah mitra strategis untuk teknologi dalam pengembangan berbagai produk pelatihan dan simulasi. Havelsan, perusahaan pertahanan asal Turki milik Turkish Air Force Foundation, telah berkecimpung di industri ini sejak 1982 dan memberikan banyak solusi bagi kebutuhan militer dan non-militer.
Produk-produk yang dikembangkan Havelsan bertujuan agar pelatihan menjadi lebih cepat, efisien, hemat biaya dan dapat dilakukan berulang-ulang. Pelatihan juga dibangun dengan skenario dan lingkungan yang realistis serta bebas resiko.
CEO Falah Noviayana mengatakan, penandatanganan MoU dengan Havelsan pada Selasa (2/11/2022) merupakan babak baru bagi kedua pihak setelah pertemuan pertama di perhelatan International Defence Exhibition (IDEX) Abu Dhabi pada 2021. “Kami bertemu pertama kali di IDEX 2021 Abu Dhabi dan berlanjut pada due diligence, saling mengunjungi, kami berkunjung ke Ankara dan mereka berkunjung ke Jakarta,” ujar Noviayana.
Dalam kerangka kerja sama itu, Falah melakukan inovasi pada perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem agar dapat sesuai dengan kebutuhan militer Indonesia, aparat keamanan, aparat penegak hukum, dan berbagai pasukan khusus. Inovasi dilakukan tidak terbatas pada penyesuaian parasut, senjata, dan kustomisasi pesawat, tapi juga visual database Indonesia dan berbagai skenario pelatihan khusus.
Sejak awal berdiri, Falah memfokuskan produknya pada pelatihan militer dan non-militer menggunakan teknologi augmented reality dan virtual reality. Falah memiliki sistem manajemen pembelajaran sendiri dan platform virtual training suite untuk berbagai konten yang dibutuhkan.
Saat ini, kata dia, Falah telah mengembangkan banyak konten dan skenario pelatihan yang dibuat khusus untuk pelatihan perawatan pesawat, sistem pembelajaran bahasa VR, dan berbagai materi pelajaran e-learning lainnya. Selanjutnya, Havelsan dan Falah akan terus mengembangkan produk dan menembus pasar baru bersama-sama di Indonesia dan internasional.
“Era pasca-pandemi ini memungkinkan kita untuk melakukan berbagai pembelajaran dan pelatihan dengan metode digital dan virtual. Ini dibutuhkan tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh belahan dunia. Falah optimistis dapat menembus pasar global bersama Havelsan," kata Noviayana.
CEO Havelsan Mehmet Akif Nacar menilai, Indonesia dan Asia Tenggara memiliki posisi yang penting bagi Havelsan dan Falah adalah mitra yang tepat. Dia mengaku gembira memiliki Falah sebagai mitranya.
"Mereka memiliki kemampuan dan sumber daya yang mumpuni dalam pengembangan berbagai produk. Saat ini kami juga secara aktif mengikuti berbagai proyek terkait militer dan non-militer di Indonesia," ujar dia.