REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kabar meninggalnya tokoh Papua Filep Karma menggemparkan masyarakat Papua. Eskalasi kerawanan dikhawatirkan bakal menyusul kejadian tersebut.
"Kami semua kaget. Saya baru dengar kabar waktu beli pulsa tadi," kata Frengky Warer, seorang warga Jayapura kepada Republika.co.id, Selasa (1/11/2022). Ia menuturkan, begitu kejadian telepon genggamnya sibuk dengan notifikasi pemberitahuan soal kabar tersebut dari berbagai pihak.
Jenazah yang diduga Filep Karma ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di Pantai Base G, Jayapura. Menurut Frengky, banyak warga menangisi jenazah itu sebelum dibawa ke RS Bhayangkara di Jayapura. "Tentu saya akan melayat bersama masyarakat nanti," kata dia.
Filep Karma adalah aktivis proreferendum Papua. Mantan PNS, ia adalah inisiator pengibaran bendera Bintang Kejora di Talang Air di Biak Numfor pada 1998.
Puluhan warga asli Biak meninggal ditembak TNI/Polri dalam penertiban aksi itu. Sementara Filep ditangkap selepas kejadian. Sempat dibebaskan, Filep kembali ditangkap pada 2004. Ia kemudian dibebaskan pada 2015.
Selama di penjara, Karma menuturkan bahwa ia mengalami rupa-rupa penyiksaan. Hal ini kemudian jadi sorotan berbagai organisasi pegiat HAM internasional. Perjuangan Filep Karma tergolong berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Ia bersikeras menggunakan jalan nonkekerasan dalam menyampaikan sikapnya, berbeda dengan pihak KKB di Pegunungan Tengah Papua.
"Kalau di Jayapura mungkin tak begitu ramai (respon atas kematian Filep Karma) karena dia memang tidak suka ramai-ramai. Tapi di Biak (asal Filep Karma) mungkin akan memanas," ujar Frengky yang merupakan aktivis pembela mama-mama pasar di Jayapura.
Sejauh ini, jasad yang ditemukan di pantai Base G belum dikonfirmasi pihak keamanan sebagai Filep Karma. Demikian juga penyebab kematiannya belum diumumkan. Tapi Frengky menyinggung sudah ada sentimen tertentu di Jayapura. "Bulan September sampai Desember memang bulannya orang-orang dihilangkan," kata dia. Masih segar diingatan warga Papua bahwa tokoh mereka sebelumnya, Dortheys Hiyo Eluay, juga dibunuh pada November 2001.