Jumat 28 Oct 2022 08:09 WIB

Inovasi Filtrasi Air Gambut, Harapan Air Bersih untuk Warga Desa Lubuk Muda

PT KPI akan mencari wilayah lain di Bengkalis yang juga membutuhkan inovasi Filagam.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Budi Raharjo
Kelompok Tirta Muda yang mengoperasikan inovasi Filtrasi air gambut (Filagam) di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Ratusan Kepala Keluarga (KK) terbantu kebutuhan air bersih untuk minum dan kebutuhan rumah tangganya oleh inovasi yang didorong oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit II Sei Pakning.
Foto: Republika/Alkhaledi kurnialam
Kelompok Tirta Muda yang mengoperasikan inovasi Filtrasi air gambut (Filagam) di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Ratusan Kepala Keluarga (KK) terbantu kebutuhan air bersih untuk minum dan kebutuhan rumah tangganya oleh inovasi yang didorong oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit II Sei Pakning.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKALIS -- Bertahun-tahun lamanya ratusan warga di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau kesulitan mendapat air bersih yang layak untuk kebutuhan sehari-hari. Air tanahnya payau, air sungainya merah kecoklatan, tapi selama ini tetap digunakan karena terpaksa.

Warga Dusun Beringin juga biasa menampung air hujan untuk minum dan harus membeli air saat kemarau melanda. Dampaknya, kasus gangguan pencernaan sering terjadi. Air gambut juga banyak dikeluhkan merusak pakaian dan membuat kulit gatal-gatal.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bengkalis terkait banyaknya Desa/Kelurahan menurut sumber air minum keluarga di Kecamatan Siak Kecil pada 2019 hingga 2021 memang menunjukkan, adanya ketergantungan kepada sumber air minum dari air hujan dan air isi ulang. Sementara belum ada sumur bor atau pompa, mata air, sungai, ledeng dengan meteran ataupun ledeng tanpa meteran yang digunakan sebagai sumber air minum.

"Kalau mencuci pakai air gambut, berpulau-pulau (bercak-bercak) pakaian. Mau tak mau harus dibilas dengan air hujan," ujar warga Desa Lubuk Muda, Epi Julizaryanto (46 tahun).

"Kalau minum dari air hujan biasa dimasak dulu, tapi sebetulnya tidak bagus juga air hujan itu. Bisa senga-senga (sakit-sakit) tulang, cuma kan kita memang terpaksa menampung air hujan kalau tak ada pakai air galon, kalau tak ada air galon tak minum," kata dia menambahkan.

Warga lain, Ramzi (26 tahun) juga mengeluhkan air gambut yang merusak pakaian. Namun dia mengaku belum mendapat gangguan kesehatan dari penggunaan air hujan atau air gambut. "Dampaknya kalau kita cuci pakaian bercak-bercak pakaian kita. Kalau dampak kesehatan sampai sekarang belum ada sih,"ujarnya.

Filtrasi Air Gambut

Melihat masalah sosial ini, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mencoba cari solusinya. Berawal dari pengambilan air untuk kebutuhan kilang KPI unit II Sei Pakning dari anak sungai Dayang di Desa Lubuk Muda, perusahaan kemudian melakukan pendampingan pengolahan air gambut menjadi air yang layak dikonsumsi. Program yang dinamakan Filtrasi Air Gambut (Filagam) ini dimulai sejak 2021 dan dioperasikan oleh masyarakat setempat.

Sebanyak 10 pemuda lokal yang terlibat dalam program ini dilatih mengoperasikan alat-alat pengolahan air gambut menjadi air bersih untuk kebutuhan rumah tangga hingga untuk air minum. Tercatat hingga kini, 95 dari 116 kepala keluarga (KK) di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda telah mendapat air bersih untuk kebutuhan rumah tangga melalui pipanisasi yang dibantu PT KPI. Beberapa KK belum mendapat akses air bersih karena terhalang sungai.

Ketua Kelompok Tirta Muda, komunitas pemuda lokal yang mengoperasikan Filagam, Andi Syahputra menyebut inovasi Filagam sangat membantu kebutuhan air bersih di desanya. Masalah-masalah yang timbul akibat penggunaan air gambut saat ini sudah tidak lagi dirasakan oleh sebagian besar warga di tempatnya. Warga juga telah mendapat sumber air minum dengan harga terjangkau dan kebutuhan air bersih melalui pipanisasi yang hingga kini tidak dipungut biaya.

Dia menjelaskan, inovasi Filagam adalah pengolahan air gambut menjadi air bersih yang pada proses awalnya, air dari Sungai Dayang ditampung di dalam suatu kolam. Setelah ditampung, air diolah dan disuling dengan tiga jenis injeksi, yakni soda, alun dan betz hingga didapati air yang layak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Sedangkan untuk air minum, air yang telah layak digunakan tadi diolah kembali di alat Reverse Osmosis (RO) hingga layak minum untuk nantinya diisi ke dalam galon-galon air.

"Mendapatkan air ini dulu sangat susah apalagi pada musim kemarau. Alhamdulillah sekarang kita mudah mendapat air putih dan air bersih yang sudah disalurkan pipa,"kata Andi.

Dia menyebut, Kelompok Tirta Muda menargetkan untuk memproduksi 5.840 ton air jernih per tahun untuk bisa dimanfaatkan bagi 116 KK di Desa Lubuk Muda. Mereka juga menargetkan pendapatan dari air minum lebih dari Rp 86 juta dan mampu menjangkau konsumen air minum sebanyak 3.107 orang.

photo
Kondisi air gambut di Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yang berwarna merah kecoklatan. Airnya merusak pakaian, menyebabkan masalah kesehatan dan tidak layak untuk diminum atau keperluan rumah tangga. - (Republika/Alkhaledi kurnialam)
 

Keberadaan inovasi Filagam ini diakui Kepala Desa Lubuk Muda, Irawan, sangat membantu masyarakat di desanya. Kebutuhan pokok berupa air bersih saat ini bukan lagi masalah besar masyarakat sejak adanya bantuan dari PT KPI unit II Sei Pakning. Program ini dikatakannya merupakan yang pertama dan berhasil menjawab kebutuhan masyarakat.

"Sebelum ada bantuan Pertamina sangat sulit sekali air bersih, mereka ini ke sungai semua untuk nyuci, mandi dan lain-lain. Menggunakan air hujan itu sangat minim tergantung rumah masing-masing kalau bak besar memang banyak dapatnya," kata Irawan.

Keberadaan inovasi Filagam juga dikatakannya membantu meningkatkan kondisi kesehatan di masyarakat Desa Lubuk Muda. Hal ini karena penggunaan air yang tidak layak pakai sudah berkurang dan kemudahan mendapatkan air bersih untuk minum.

"Kalau dulu kan masyarakat menggunakan air merah ini banyak yang gatal-gatal, sakit perut, jadi sekarang sudah ada air bersih alhamdulillah kesehatan meningkat, bagus. Air ini (air di sekitar desa) kan sebenarnya air pasang surut yang bercampur dengan air asin, jadi itulah penyebabnya gatal. Kan air ini air liar, ada air dari darat, dari mana-mana digabung di sini, jadi tentu ada kuman,"katanya.

Junior Officer ComRel dan CSR PT KPI unit II Sei Pakning, Rahmat Hidayat, mengatakan Kelompok Tirta Muda akan terus dilatih dan dibantu sampai benar-benar mampu beroperasi secara mandiri. Sehingga nantinya, PT KPI akan mencari wilayah-wilayah lain di Bengkalis yang juga membutuhkan inovasi Filagam.

"Program ini setiap tahunnya itu kelompok mau ngapain kita sudah ada. Sampai benar-benar kelompok ini sudah bisa exit strategy, jadi mereka nggak akan menerima bantuan dari kita supaya daerah lain juga merasakan apa yang mereka rasakan di sini. Karena ini masih tahun kedua, biasanya sampai mandiri 4 sampai 5 tahun. Walaupun setelah exit strategy kita masih monitoring untuk keberlanjutannya," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement