Kamis 27 Oct 2022 07:16 WIB

Waspada Gerakan Radikalisme, BIN: Sinergitas Aparat Keamanan Penting 

Tindakan radikal dapat terhubung melalui media sosial. 

uru Bicara Badan Intelijen Negara (Jubir BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan, perlu adanya pengawasan dan kepedulian dengan pihak-pihak terkait untuk mengurangi tindak radikalisme maupun terorisme.
Foto: Istimewa
uru Bicara Badan Intelijen Negara (Jubir BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan, perlu adanya pengawasan dan kepedulian dengan pihak-pihak terkait untuk mengurangi tindak radikalisme maupun terorisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- #Gerakan radikalisme terus diwaspadai keberadaannya di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam mewaspadai gerakan radikalisme dan terorisme, sinergitas dengan aparat keamanan setempat sangat penting untuk dilakukan.

Juru Bicara Badan Intelijen Negara (Jubir BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan, perlu adanya pengawasan dan kepedulian dengan pihak-pihak terkait untuk mengurangi tindak radikalisme maupun terorisme.

“Kita terus mewaspadi Gerakan radikalisme maupun teroris di sekitar kita. Ini karena memang di sekitar kita kalau nggak peduli ya siapa lagi? Oleh karenanya kita tetap bersama-sama sinergi dengan aparat kemanan setempat.” ujar wawan dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/10/2022)

Menurut wawan, untuk bisa mencegah tindak radikalisme maupun terorisme, kepedulian keluarga dan masyarakat sekitar menjadi suatu hal yang penting dilakukan. 

“Oleh karenanya, kita ingin semuanya saling peduli, kepeduliannya ini yang paling tidak ngerem dari yang bersangkutan karena ada tempat curhat, tempat untuk menyampaikan keluh kesah.” Ujar wawan.

Wawan menjelaskan, tindakan radikal dapat terhubung melalui media sosial yang menghasilkan keterhubungan untuk bisa menyebarluaskan pemahaman radikal yang kemudian tidak sedikit yang berbaiat kepada kelompok radikal tersebut.

“Termasuk apa yang terjadi di media sosial banyak juga yang mengajak atau saling terhubung dengan akun-akun yang kebetulan saling merespons kemudian beberapa di antaranya saling berbaiat.” ujarnya.

Oleh karena itu, Jubir BIN mengajak seluruh elemen masyarakat terutama kepada aparat kemanaan untuk terus mengawasi dan terus memberikan pemahaman serta bimbingan kepada masyarakat Indonesia untuk terus mempertahankan nilai-nilai Pancasila yang ada.

“Ini menjadi tugas bersama kita untuk saling mengingatkan dan kita pahami keluarga terdekat supaya mereka tidak terpapar, tidak terpengaruh, mengajak apalagi dengan akses menggunakan senjata ataupun tindakan yang lain yang mengganggu ketertiban masyarakat,” katanya.

Pengamat teroris Ridlwan Habib juga menjelaskan, bahwa media sosial juga merupakan salah satu tempat untuk merekrut kelompok radikal. Menurutnya, media sosial digunakan sebagai propaganda pemahaman atau ideologi-ideologi yang bertentangan dengan sistem demokrasi untuk mencari anggota-anggota baru.

“Biasanya media sosial itu sebagai propaganda, lalu menjadi pintu awal perekrutan tentu saja mereka tidak akan secara terang benderang mengaku sebagai aktivis NII misalnya atau aktivis gerakan yang lain.” kata Ridlwan.

“Biasanya wacana umumnya adalah diawali dengan penegakan-penegakan sistam yang menurut mereka demokrasi sudah tidak sesuai dan seterusmya. Dari situ nantinya yang berminat mereka follow up, lalu kemudian perekrutannya menjadi lebih private” katanya lagi.

Ridlwan juga mengatakan, bahwa kasus-kasus radikalisme atau tidak terorisme Indonesia harus terus diwaspadai mengingat dalam beberapa hari ke depan terdapat acara perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November mendatang. Hal ini menjadi catatan penting bagi seluruh masyarakat terutama para aparat keamanan untuk terus menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat. 

“20 hari menjelang G20, G20 adalah satu momentum besar yang menjadi pertaruhan nama besar Indonesia di mata pemimpin dunia, saya kira ini menjadi catatan penting,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement