Rabu 26 Oct 2022 21:05 WIB

Pakar: 1,7 Juta Orang Meninggal Setiap Tahun Akibat Gangguan Ginjal Akut

Sekitar 13,3 juta jiwa kasus setidaknya terjadi setiap tahun.

Gangguan ginjal (ilustrasi).
Foto: Boldsky
Gangguan ginjal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Universitas Griffith, Dicky Budiman mengatakan, sedikitnya 1,7 juta orang meninggal akibat penyakit gangguan ginjal akut setiap tahun di dunia. Secara data epidemiologis, itu menunjukkan 13,3 juta jiwa setidaknya setiap tahun kasus itu terjadi.

"Ini cukup besar dan 1,7 juta jiwa di antaranya mengalami kematian," ujar Dicky dalam diskusi daring "Waspada Gangguan Ginjal Akut pada Anak" di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Baca Juga

Dicky menyebut jika fungsi ginjal dalam menyaring zat-zat yang beracun terganggu, penurunan fungsi tersebut yang menjadi berbahaya. Gangguan ginjal akut terjadi dalam waktu singkat. Dalam data epidemiologis, rata-rata terjadi 5 atau 7 hari, namun ada yang terjadi dalam waktu pekanan dan tidak terjadi dalam waktu satu bulan.

Yang perlu dipahami, kasus gangguan ginjal akut, terutama ditemukan pada kasus di negara berkembang, 85 persen disebabkan adanya infeksi pada tubuh. Selain itu, bisa diakibatkan dari kualitas air yang dikonsumsi. Sebab, ginjal membutuhkan air dalam bekerja.

Dicky mengatakan, sebaiknya mengonsumsi air berkualitas baik. "Kualitas air yang baik ini juga akan menentukan kesehatan ginjal di satu populasi," ujar Dicky.

Penyebab selanjutnya, bisa dari obat yang dikonsumsi oleh pasien atau suatu populasi penduduk. Bukan hanya dari obat dalam sediaan cair saja, bisa juga berbentuk suplemen atau minuman ringan.

Penyakit gangguan ginjal akut juga bisa dipicu kurangnya minum air putih dan faktor komorbid. Selanjutnya, penyebab yang tidak sering, namun menyebabkan wabah atau krisis kesehatan masyarakat, seperti di Gambia, Nigeria, Bangladesh, India, dan Indonesia, yakni keracunan obat dalam bentuk sediaan cair (sirop).

"Populasi anak-anak kita ini sebagian mengonsumsi sirop yang tercemar oleh zat etilen glikol, dietilen glikol. Enggak boleh, karena sebetulnya syarat ideal suatu obat dan makanan tidak boleh ada itu," kata Dicky.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement