Rabu 26 Oct 2022 19:12 WIB

Perayaan Sastra dan Kota di Jakarta International Literary Festival

Malam penutupan Jakarta International Literary Festival 2022 berlangsung Rabu ini.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Konferensi pers Jakarta International Literary Festival (JILF) 2022. JILF berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 22-26 Oktober 2022.
Foto:

Ketua DKJ periode 2020-2023, Danton Sihombing, mengatakan JILF menjadi salah satu cara untuk melihat secara kritis beroperasi dan terbentuknya kesusastraan di dunia. Tujuan penting dari JILF adalah membuka sekat-sekat yang membatasi sastra antarnegara "selatan" serta sastra selatan dengan dunia internasional.

"Dengan cara, membaurkan kelompok-kelompok yang selama ini terabaikan dan selanjutnya bersama membangun dialog. Harapan DKJ, semoga Jakarta International Literary Festival menjadi ruang pertukaran gagasan dan diplomasi budaya sastra, sekaligus menjadikan Jakarta sebagai titik penting sastra dunia," kata Danton lewat pernyataan resminya, dikutip Rabu (26/10/2022).

Ketua Komite Sastra DKJ, Hasan Aspahani, menjelaskan bahwa festival sastra tersebut mengajak khalayak untuk meninjau keberadaan manusia dan keterhubungan dengan kotanya. Untuk itu, sejumlah sastrawan dipilih oleh tim kurator, dengan pertimbangan keberagaman jendela kota yang telah dan akan mereka bukakan.

"JILF tahun ini ingin membumikan pertanyaan dan harapan-harapan itu. Hadir beberapa komunitas, sastrawan, pegiat literasi, yang berupaya dengan sumber daya sendiri menjadikan sastra sebagai jalan untuk memperindah kehidupan," ujar Hasan.

Selama rentang 22-26 Oktober, JILF melibatkan 25 penulis dan 11 komunitas dalam 41 program acara yang berlangsung dari pagi hingga malam di Taman Ismail Marzuki. Mulai dari diskusi, pasar buku, pembacaan karya, dongeng anak, gerai kopi, pameran, pertunjukan teater, dan musik berlangsung di sana.

Deretan program tersebut di antaranya adalah author’s forum, reading night, pameran JILF, pameran buku JILF bersama Patjarmerah, community projects, juga pertunjukan teater Satu Lampung dan studi kolektif Koridor Miring. Ada pula pembacaan puisi, diskusi, dan fringe event seperti Pustaka Bergerak dan tur wisata Raden Saleh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement