Rabu 26 Oct 2022 15:20 WIB

BKKBN: Kebutuhan KB tak Terpenuhi di Bali Tinggi Meski TFR Rendah

Kebutuhan ber-KB pasangan usia subur yang tak terpenuhi di Provinsi Bali masih tinggi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut kebutuhan ber-KB pasangan usia subur yang tidak terpenuhi (unmet need) di Provinsi Bali masih tinggi, meski angka kelahiran total (TFR) terendah di Indonesia. (ilustrasi).
Foto: Dok BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut kebutuhan ber-KB pasangan usia subur yang tidak terpenuhi (unmet need) di Provinsi Bali masih tinggi, meski angka kelahiran total (TFR) terendah di Indonesia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut kebutuhan ber-KB pasangan usia subur yang tidak terpenuhi (unmet need) di Provinsi Bali masih tinggi, meski angka kelahiran total (TFR) terendah di Indonesia.

"Kita perlu bersyukur karena capaian TFR kita sudah rendah dibanding provinsi lain. Namun capaian unmet need kita masih cukup tinggi, sehingga pelayanan kontrasepsi tetap harus ditingkatkan untuk menjaga angka TFR tidak naik," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Baca Juga

Ni Luh menuturkan angka total TFR di Bali sudah 1,9. Artinya, satu orang perempuan yang tinggal di Bali hanya melahirkan satu atau dua anak selama masa reproduksinya.

Sayangnya, persentase unmet need berdasarkan data Pendataan Keluarga 2021 (PK21), baru terealisasi 17,90 persen dari target 7,94 persen. Sehingga perlu menjadi perhatian bersama dalam rangka meningkatkan kesertaan ber-KB oleh pasangan usia subur (PUS) terutama KB metode kontrasepsi jangka Panjang (MKJP).

Bali sendiri, katanya, target peserta KB baru khususnya pada penggunaan IUD dan implan berdasarkan data SIGA tahun 2022 masih sangat rendah, yaitu dari target IUD sebanyak 11.507 baru terealisasi sebesar 1.605 atau sebesar 13,95 persen saja.

Demikian pula halnya dengan target KB baru implan sebesar 1.732 baru terealisasi sebesar 564 atau sebesar 32,56 persen. Ia melanjutkan bahwa bila melihat dari hasil praktek lapangan, target dari 45 akseptor telah terpenuhi. Namun belum ada layanan untuk melakukan pemasangan KB pasca salin di fasilitas kesehatan yang menjadi tempat praktik peserta.

"Jika dilihat dari kacamata program, tentunya sangat baik, hal ini mengindikasikan rendahnya angka melahirkan di Bali, yang sejalan dengan rendahnya TFR. Namun sangat disayangkan para peserta tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktek langsung KB pascasalin," ujar dia.

Oleh karenanya Perwakilan BKKBN Provinsi Bali bersama Balai Pelatihan Kesehatan Masyarakat (Bapelkesmas) Bali menggelar pelatihan pelayanan kontrasepsi bagi dokter dan bidan Angkatan II yang dilaksanakan secara blended learning atau teori dan praktik lapangan.

Ia berharap semua peserta pelatihan pelayanan KB Angkatan II dapat mengikuti kegiatan dengan maksimal. Sehingga hasil praktiknya dapat diaplikasikan secara langsung pada sasaran sesuai dengan yang ditargetkan.

"Kegiatan ini sebagai upaya memaksimalkan kualitas layanan KB melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Ini merupakan satu bentuk apresiasi BKKBN terhadap para tenaga kesehatan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement