Selasa 18 Oct 2022 20:30 WIB

BKKBN Gencarkan Sosialisasi iBangga untuk Tingkatkan Kualitas SDM

Paradigma pembangunan nasional selama ini menggunakan pendekatan individu

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menggencarkan sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Hasto mengatakan, iBangga merupakan salah satu indeks untuk mengukur pembangunan keluarga Indonesia menggunakan pendekatan kombinasi yakni individu dan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat.
Foto: Prayogi/Republika
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menggencarkan sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Hasto mengatakan, iBangga merupakan salah satu indeks untuk mengukur pembangunan keluarga Indonesia menggunakan pendekatan kombinasi yakni individu dan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menggencarkan sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Hasto mengatakan, iBangga merupakan salah satu indeks untuk mengukur pembangunan keluarga Indonesia menggunakan pendekatan kombinasi yakni individu dan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat.

"iBangga sebagai paradigma baru dalam pembangunan nasinal dibentuk untuk menggunakan kombinasi antara individu dan keluarga sebagai unit kecil di masyarakat," ujar Hasto dalam paparannya di acara Sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) Day 1 secara daring, Selasa (18/10/2022).

Baca Juga

Hasto mengatakan  paradigma pembangunan nasional selama ini menggunakan pendekatan individu secara terpisah atau parsial yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index maupun Human Capital Index.

Sedangkan, iBangga merupakan jenis pengukuran pembangunan nasional baru yang spiritnya mengkombinasikan antara individu dengan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.

"iBangga hal yang baru dan di berbagai negara belum banyak kita mencari referensi tidak mudah, namun demikian spiritnya adalah mengkombinasikan antara hal-hal yang sifatnya individu kemudian kita tarik dalam unit terkecil keluarga," ujarnya,

"Tentu keluarga unit terkecil apabila disentuh dalam pembangunan maka akan besar dampaknya dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang unggul dan menuju Indonesia emas," ujarnya.

Hasto menjelaskan indeks pembangunan keluarga terbagi menjadi tiga yakni Dimensi Ketentraman, Dimensi Kemandirian, dan Dimensi Kebahagiaan. Masing-masing dimensi ini juga mempunyai beberapa indikator yakni Dimensi Ketenteraman yakni meliputi kegiatan ibadah, legalitas keluarga, jaminan kesehatan, keharmonisan keluarga dengan enam variabel

Kemudian, Dimensi Kemandirian ada beberapa indikator meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, keberlangsungan pendidikan, kesehatan keluarga, akses informasi, jaminan Keuangan dengan tujuh variabel

Lalu Dimensi Kebahagiaan yakni interaksi keluarga dengan interaksi sosial dengan empat variabel. Sedangkan jenis klasifikasi iBangga terbagi tiga yakni Keluarga Tangguh (iBangga yang baik), Keluaga berkembang (iBangga cukup baik) dan Keluarga rentan (iBangga yang kurang baik).

Dia pun mendorong kementerian/lembaga,  pemerintah daerah, dan  masyarakat  untuk bersinergi meningkatkan program dan kegiatannya sampai di tingkat keluarga agar kualitas keluarga Indonesia terus meningkat searah dengan meningkatnya IPM. 

"Kita hari ini menyosialisasikan tentu dengan permasalahannya, harapan saya bukan soal angka tapi gimana permasalahan di dalamnya sehingga bapak ibu dari kementerian lembaga bisa memberikan sumbangsih saran kepada kita," ujarnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement