REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarak, menilai, kemampuan Anies Baswedan merangkul semua pemilih menjadi kunci meningkatnya elektabilitas dirinya. Menurutnya, Anies berhasil memperluas pangsa pemilih, tidak hanya pemilih atau pendukung tradisional muslim tapi juga mampu merangkul pemilih nasionalis.
Hal ini, menurut Zaki, terasa setelah Partai Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden (capres). “Ini cukup berhasil mencitrakan dirinya sebagai tokoh muda muslim yang sekaligus nasionalis,” kata Zaki, Senin (24/10/2022).
Selain itu, kata Zaki, Anies cukup berhasil menggaet kaum milenial, terutama di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia. Sebagai contoh, munculnya tagline “Go-Anies" di kota-kota besar menunjukkan bahwa Anies sangat dicintai oleh kaum milenial.
Di sisi lain, media massa juga berperan penting dalam mempromosikan ‘succes story' Anies selama memimpin DKI. “Sejumlah kondisi itu memberikan political benefit ke Anies. Setelah tidak jadi gubernur DKI, ia bakal lebih leluasa menggalang dukungan ke daerah-daerah di Indonesia. Makin sering road show,” ujarnya.
Sementara itu, peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasis Raharjo Jati, menilai, melejitnya elektabilitas Anies Baswedan buntut dari kesuksesannya memimpin Ibu Kota.
“Saya pikir elektabilitas Anies Baswedan bisa naik itu karena hasil kinerjanya yang selalu terekspose media secara kontinu sehingga mendapatkan apresiasi publik,” kata Wasis.
Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas Anies Baswedan mengalami kenaikan dalam 3 bulan terakhir dari 21,9 persen pada Agustus 2022 menjadi 26 persen pada Oktober 2022.
Sementara elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami stagnasi dalam 3 bulan terakhir yaitu 32 persen pada Agustus 2022 dan stagnan di angka 32,1 persen pada Oktober 2022. Stagnasi dan kecenderungan penurunan juga terjadi pada Prabowo Subianto.
Survei publik oleh SMRC dilakukan dengan responden warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Populasi survei dipilih secara acak (multistage random sampling) terhadap 1220 responden.
Responden yang dapat diwawancarai dan dianalisa secara valid sebanyak 1027 orang atau 84 persen. Margin of error survei dengan diperkirakan sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara SMRC yang telah dilatih.