Sabtu 22 Oct 2022 15:13 WIB

Riset WAP: Ayam untuk Restoran Cepat Saji Menderita

Prinsip kesejahteraan ayam ternak diabaikan.

Foto ilustrasi ayam potong.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Foto ilustrasi ayam potong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Berdarkan riset World Animal Protection (WAP) yang bertajuk The Pecking Order (TPO) 2022, jaringan restoran cepat saji global yang beroperasi di Indonesia, dinilai mengabaikan kesejahteraan ayam ternak yang dikonsumsi oleh konsumen.

Riset ini mengkaji praktik para restoran cepat saji global yang beroperasi di Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, India, Indonesia, Kenya, Thailand, dan Amerika Serikat. Restoran cepat saji itu adalah Burger King, Domino’s, KFC, McDonald's, Pizza Hut, Starbucks, Subway, dan Nando's (dua restoran yang disebutkan terakhir ini tidak beroperasi di Indonesia).

Kajian WAP ini mendorong pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan pengelola restoran cepat saji mengenai ayam yang baik untuk dikonsumsi itu berasal dari peternakan yang mengutamakan kesejahteraan ayam ternak.

“Kami mempublikasi laporan sejak tahun 2020 dan laporan terbaru itu (TPO 2022) menunjukkan pengelola restoran cepat saji multinasional, khususnya KFC Indonesia, mengabaikan komitmen untuk mempraktikkan prinsip meningkatkan kesejahteraan ayam ternak di rantai pasoknya,” tutur Manajer Komunikasi WAP Indonesia, Rully Prayoga, dalam siaran pers di Jakarta pada Kamis (20/10/2022).

Rully menyampaikan perusahaan restoran cepat saji, yaitu Burger King, Domino's, KFC, McDonald's, Pizza Hut, dan Starbucks, memperoleh skor yang rendah dalam meningkatkan kesejahteraan ayam ternak, berdasarkan penilaian yang tercatat di TPO 2022 ini. WAP sejak tahun 2020 rutin mempublikasikan TPO untuk mengevaluasirestoran cepat sajai dan rantai pasok (supply chain) yang mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak.

KFC Indonesia dinilai sangat rendah menunaikan komitmennya untuk mengupayakan kesejahteraan ayam ternak. Rully menjelaskan riset WAP, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan the science and latest research from World Animal Protection, YLKI and Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS), yang mengindentifikasi kontaminasi antibiotik yang berlebihan pada sampel ayam potong  yang dikaji oleh lembaga ini.

Sampel ayam potong di Jabodetabek yang dikaji pada tahun 2021 itu, kata Rully, menunjukkan rendahnya perusahaan itu mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak. Karena menggemukkan ayam ternak dengan memberikan antibiotik yang berlebihan sehingga mengandung bakteri berjenis superbug sehingga berpotensi memicu pandemi.

Berdasarkan catatan WHO, lanjutnya, penggunaan antibiotik yang berlebihan pada ayam ini memicu krisis superbug mematikan yang membunuh lebih dari 700.000 orang per tahun.

WAP mendorong perusahaan restoran cepat saji untuk menerapkan bisnis berkelanjutan yang berbasis selaras dengan prinsip ESG.

WAP mencatat miliaran ayam ternak menderita setiap tahunnya lantaran perusahaan cepat saji dan rantai pasoknya menolak untuk mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak. Ayam ternak di kandang tidak pernah mendapat kesempatan untuk melihat sinar matahari, tumbuh pada tingkat alami atau berperilaku seperti yang hidup bebas di alam liar.

Metode peternakan intensif juga sering mengandalkan penggunaan antibiotik rutin sebagai solusi cepat untuk menjaga hewan yang stres dan sakit tetap hidup. Tidak hanya ayam-ayam ini yang menderita, kesehatan manusia juga terancam.

Sementara pihak KFC membantah hasil riset ini. Direktur KFC, Dalimin yang dihubungi Republika menegaskan hal itu tidak benar. Dijelaskannya KFC adalah perusahaan yang patuh terhadap protocol kesehatan di dalam suatu proses produksi makanan yang baik, melalui pengadaan bahan baku dari perusahaan ternama, teristimewa pengadaan ayam!.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement