Jumat 21 Oct 2022 02:18 WIB

Rentan Hidup dalam Kemiskinan, Risma Dorong Penyandang Disabilitas Hidup Mandiri

UNESCAP menyebut penyandang disabilitas di Asia Pasifik rentan hidup dalam kemiskinan

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Perajin penyandang disabilitas membatik, (ilustrasi). Kementerian Sosial pun mendorong penyandang disabilitas untuk dapat hidup mandiri agar bisa keluar dari garis kemiskinan.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Perajin penyandang disabilitas membatik, (ilustrasi). Kementerian Sosial pun mendorong penyandang disabilitas untuk dapat hidup mandiri agar bisa keluar dari garis kemiskinan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana, mengatakan penyandang disabilitas di Asia Pasifik rentan hidup dalam kemiskinan.

"Orang dengan disabilitas mengalami lebih banyak kemiskinan dan tidak memiliki pekerjaan, anak dengan disabilitas pun memiliki kesempatan lebih sedikit untuk mengikuti sekolah dan hanya 1 dari 4 orang dengan disabilitas yang bekerja, kemudian 7 dari 10 orang dengan disabilitas yang tidak memiliki perlindungan sosial," kata Armida dalam acara Incheon Strategy to Make the Right Real for Persons with Disabilities in Asia and Pasific The United Nation Economic and Social Comission for Asia dan the Pacific (UNESCAP) di Hotel Fairmont, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, banyak tantangan yang kerap ditemui oleh penyandang disabilitas mulai dari susahnya aksesibilitas kesetaraan, dan stigma. Tak hanya bagi individu disabilitas, tantangan serupa juga dirasakan atau berpengaruh pada keluarganya yang non disabilitas.

Kementerian Sosial pun mendorong penyandang disabilitas untuk dapat hidup mandiri agar bisa keluar dari garis kemiskinan. Salah satunya adalah dengan berwirausaha. "Kemensos menyalurkan motor roda tiga yang bisa digunakan oleh disabilitas untuk berjualan keliling. Uniknya, motor roda tiga ini dirakit oleh para penyandang disabilitas," ujar Risma.

 

Dengan keahliannya tersebut, lanjut Risma Kemensos memberikan gaji kepada penyandang disabilitas tersebut. " Jadi, Kemensos sengaja mengusung konsep dari disabilitas, oleh disabilitas, dan untuk disabilitas, untuk memberdayakan penyandang disabilitas dalam setiap aspek," katanya.

Menurut Risma, adanya produksi motor roda tiga tersebut telah berhasil memberdayakan ratusan penyandang disabilitas menjadi wirausahawan Salah satunya Gading Ogi Saputra, dia adalah penyandang disabilitas fisik dari Kabupaten Pekalongan.

"Gading Ogi utu menerima sepeda roda tiga elektrik dari Kemensos melalui program ATENSI Kewirausahaan. Sepeda motor roda tiga itu, digunakan Gading untuk berjualan minuman dan bahan makanan lainnya," terang Risma.

Dukungan Kemensoa lainnya kepada penyandang disabilitas adalah pemberian program kewirausahaan. Risma menekankan, Kemensos tidak hanya menyalurkan sepeda motor roda tiga, namun juga bantuan modal usaha bagi penyandang disabilitas dengan mobilitas terbatas.

"Misalnya, bantuan modal usaha toko kelontong, pulsa, menjahit, dan bentuk usaha lainnya, yang disesuaikan dengan minat dan keterampilan yang dimiliki," imbuh Risma.

Tak hanya itu, Kemensos juga mendirikan Sentra Kreasi ATENSI (SKA) di Sentra Rehabilitasi Sosial yang ada di seluruh Indonesia. SKA merupakan wadah untuk melatih para penyandang disabilitas merasakan pengalaman menjadi pengusaha, dengan harapan, mereka bisa berwirausaha pasca rampung dari proses rehabilitasi.

“Kemensos mengembangkan SKA untuk meningkatkan kewirausahaan dan vokasional, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan sosial penerima manfaat. Dengan begitu, para penyandang disabilitas pun memiliki kesempatan yang sama,” kata Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement