REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Pemkot Sukabumi mendorong upaya penurunan angka stunting. Hasilnya dalam setahun terakhir terjadi penurunan angka stunting.
''Di Kota Sukabumi, angka stunted berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita bulan Agustus 2022, yaitu 806 balita dari 20.017 balita yang diukur (4,03 persen),'' ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Rita Fitrianingsih, Rabu (19/10/2022). Harapannya setiap tahun terjadi penurunan angka stunting.
Rita menuturkan, penyebab stunting multifaktor dan membutuhkan penanganan multisektoral. Percepatan penurunan stunting melalui optimalisasi cakupan intervensi yang berbasis bukti terus dilakukan agar target penurunan menjadi di tahun 2024 dapat tercapai.
''Pemkot berupaya menekan angka stunting, salah satunya dengan penguatan surveilans gizi,'' ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Ia mengapresiasi turunnya angka stunting dari 5,9 persen pada Agustus 2021 menjadi 4,03 persen pada Agustus 2022.
Kondisi ini, kata Fahmi, memberikan semangat agar anak semakin baik dalam kondisi kesehatan. Di mana, kata kuncinya gizi, memastikan warga mendapatkan asupan gizi terbaik dan dalam pendataan terdeteksi tidak ada masalah.
Dari data dinkes, masalah guzi buruk tersisa satu hingga dua persen fan dapat dituntaskan denga kolaborasi berbagai sektor. ''Puskesmas jadi garda terdepan dalam sifatnya yang edukatif dan yang paling terdepan semangat promosi, preventif, dan inovasi,'' ungkap Fahmi.
Termasuk kata dia, percepatan teknologi semua melakukan transformasi di bidang kesehatan. Terutama pola pelayanan harus mengalami perubahan seiring dengan perubahan di era globalisasi.
Sehingga, kata Fahmi, dibutuhkan inovasi terbaik dari puskesmas sehingga masalah dapat dituntaskan. Inovasi dan berimprovisasi dengan melibatkan teknologi dalam pelayanan.
''Peran Puskesmas sangat penting karena milestone 100 tahun menuju Indonesia emas,'' kata Fahmi. Khususnya dalam mempersiapkan generasi muda terutama balita untuk menjemput Indonesia emas pada 2045 mendatang.